Ada beraneka ragam makhluk hidup di sekitar kita. Kalian
mengenal berbagai kelompok makhluk hidup (mikroorganisme, protista, jamur,
tumbuhan, dan hewan) yang masing-masing memiliki jenis dengan sifat yang
beraneka ragam. Tapi apakah kalian tahu, bahwa dalam satu jenis makhluk hidup
kalian masih menemukan adanya keanekaragaman? Pohon mangga misalnya, ada
beragam jenis pohon mangga yang kita kenal, misalnya mangga arum manis,
manalagi, dan sebagainya. Bagaimana keane karagaman tersebut terjadi? Bagaimana
cara mengenal organisme yang ber aneka ragam tersebut? Kalian akan mengetahui
jawabannya dalam uraian bab ini.
A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Semua makhluk hidup memiliki beberapa sifat yang sama
sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat
makhluk hidup tersebut adalah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat
sisa, berge rak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan memiliki bahan
genetik. Selain kesamaan (keberagaman) tersebut, berbagai
makhluk hidup juga memiliki perbedaan (beraneka ragam).
Ketika kalian mengamati berbagai jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan,
protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan
adanya sifat-sifat yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya
terdapat antarkelompok
atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu
spesies. Pada
ayam, misalnya, kita mengenal berbagai jenis ayam, yaitu
ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut memiliki perbedaan
tertentu. Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam
kampung misalnya, juga memiliki beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya
ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini
menunjukkan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar
pun antara satu dengan yang lain memiliki ciri tertentu yang membedakannya.
Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan
adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran, serta ciri-ciri lainnya.
Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat
pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman ini terjadi
karena adanya pengaruh faktor genetik dan
faktor
lingkungan yang memengaruhi fenotip
(ekspresi gen).
1. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel
tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang
berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa
oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam Kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan
atau segmen dari rantai terpilin (ADN). Setiap individu memiliki susunan gen
yang khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen menunjukkan
adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut
mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti
tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Contohnya kita amati pada tanaman padi dan rambutan.
Tanaman rambutan memiliki empat varietas yang berbeda, yaitu varietas
aceh, varietas rafi a, varietas jakarta, dan varietas lampung. Demikian juga pada
tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan
bumiayu. Contoh lain adalah variasi warna pada bunga tembelekan (Gambar
6.1). Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya
bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna
tersebut di kendalikan
oleh gen.
2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan
keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies
makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea
batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun
berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut
memiliki sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar
sedangkan krangkungan tumbuh tegak. Contoh lain adalah pada genus Ficus,
misalnya antara Pergilah ke perpustakaan sekolah atau akseslah internet, lalu
carilah informasi mengenai keanekaragaman gen pada manusia. Pada sifat-sifat
manakah variasi itu terjadi dan apakah sifat-sifat tersebut bisa berubah?
Diskusikan dengan teman sebangku kalian dan tuliskan hasilnya pada 2 lembar
kertas HVS.
Gambar 6.1 Variasi warna pada bunga tembelekan (a) putih
(b) ungu (c) kuning
Gambar 6.2 Keanekaragaman jenis
pada genus Ficus (a) Ficus benjamina (b) Ficus ribes
Gambar 6.2. Keanekaragaman sifat-sifat tersebut digunakan
untuk menentukan kedudukan tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam takson atau
kategori taksonomi.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu
berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini
berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca,
dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik).
Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem. Keanekaragaman
ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan
gugur, hutan tropis, padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan
sebagainya. Perhatikan Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Contoh keanekaragaman ekosistem (a) hutan (b)
padang rumput (c) danau
Pada lingkungan lain, kita dapat mengamati bahwa ikan
yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air
yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan deras berbeda
dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa
sungai aliran deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.
B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di
daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara
kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal
sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki
keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat
keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni setelah Brazil. Hutan
hujan tropis kita kaya akan fl ora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme
yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut
Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia.
Perkiraan jumlah spesies utama yang ada di Indonesia dapat kalian lihat pada
Tabel 6.1, mencakup mulai dari berbagai jenis mikrorganisme sampai mammalia.
Tabel 6.1 Perkiraan Jumlah
Spesies Utama di Indonesia
Kelompok Indonesia Dunia
Bakteri, ganggang hijau-biru 300 4.700
Jamur 12.000 47.000
Rumput laut 1.800 21.000
Lumut 1.500 16.000
Paku-pakuan 1.250
13.000
Tanaman berbunga 25.000 250.000
Serangga 250.000 750.000
Moluska 20.000 50.000
Ikan 8.500
19.000
Amfi bia 1.000 4.200
Reptilia 2.000 6.300
Burung 1.500 9.200
Mammalia 500 4.170
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung
oleh beberapa hal. Wilayah Indonesia terletak pada dua kawasan biogeografi ,yaitu
Oriental dan Australia, sehingga Indonesia memiliki sebagian kekayaan jenis
hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman
jenis yang dimiliki. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
berbagai tipe topografi yang dapat berfungsi sebagai penghalang perpindahan
anggota berbagai jenis hayati atau memiliki faktor alam yang khas sehingga
memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis baru dari modal jenis yang telah
ada. Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi
satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia
mendapat tambahan kekayaan jenis hayati dari perilaku migrasi.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau
dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan
timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup
dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki
jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutanhutan di daerah lainnya.
Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak
kalian temukan di luar Kalimantan. Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda,
Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang memiliki tumbuhan lebih sedikit
dibandingkan dengan hutan di Kalimantan.
1. Persebaran Tumbuhan
Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan berbagai jenis
tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana
merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di
Sumatra, Kalimantan, dan Filipina bagian utara. Contoh tumbuhan tersebut adalah
meranti, palem, dan salak. Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik,
yaitu Raffl esia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga
bangkai ini hanya bisa ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya endemis.
Perhatikan gambar 6.4.
Selain Raffl esia arnoldii di Sumatra, tanaman
endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua
juga memiliki pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata).
Perhatikan Gambar 6.5. Bentuk buah matoa seperti kelengkeng, tetapi lebih besar
dan buahnya membentuk rangkaian seperti anggur, berkulit tipis, dan kuat.
Berbagai daerah lain di Indonesia juga memiliki jenis
tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus
caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon
jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium
commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa. Contoh lain adalah salak (Salacca
edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta
durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra.
Perhatikan Gambar 6.6.
Gambar 6.6
Beberapa jenis tanaman khas Indonesia (a) mahoni (b) meranti (c) salak
2. Persebaran Hewan
Secara geografi s, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber.
Garis-garis khayal tersebut menunjukkan adanya per- bedaan persebaran hewan
(fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambar 6.7.
Gambar 6.7 Pembagian
daerah biogeografi Indonesia oleh Garis Wallace dan Weber
Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi
3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur
Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing daerah tersebut
memiliki berbagai jenis hewan yang khas. Daerah di sebelah barat garis
Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memiliki berbagai jenis fauna
Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut adalah gajah, tapir, badak bercula
satu, harimau Sumatera, orang utan, kera bekantan, dan beruang madu. Perhatikan
Gambar 6.8. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan hewan menyusui yang berukuran
besar, berbagai macam kera, dan ikan air tawar.
Gambar 6.8
Berbagai jenis fauna Oriental (a) orang utan (b) harimau (c) badak
Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna
Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok,
misalnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan
beberapa jenis hewan berkantung, misalnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain
adalah komodo, babirusa, dan kuskus. Gambar 6.9 menunjukkan berbagai jenis
hewan tersebut.
Gambar 6.9
Berbagai jenis fauna Australian (a) babirusa (b) kuskus (c) cenderawasih
Daerah di antara dua Garis
Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea.
Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang.
Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin
berkurang. Dengan demikian, marsupialia dapat ditemukan di daerah Wallacea dan
burung pelatuk oriental juga dapat dijumpai di sebelah timur Wallacea . Sementara
itu, hewan-hewan oriental misalnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi
Garis Wallace sampai ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain misalnya anoa,
maleo, dan tarsius. Perhatikan Gambar 6.10.
Gambar 6.10
Berbagai jenis fauna peralihan (a) tarsius (b) anoa
Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh
dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan
oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan hewan oriental
bajing dan harimau, tetapi hewan ini tidak menyebar ke Lombok. Sedangkan di
Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna
Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan hewan Australian
Oposom dan burung kakak tua (fauna Australian), namun kedua hewan tersebut
tidak ditemukan di Kalimantan. Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian,
maupun peralihan, beberapa hewan tersebut adalah hewan-hewan khas Indonesia.
Beberapa jenis asli Indonesia yang saat ini terancam punah adalah orang utan (endemik
di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula
satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat), dan anoa (endemik di Sulawesi).
C. Pemanfaatan Keanekaragaman
Hayati dan Permasalahannya
Tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia
sangat menguntungkan karena memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Dalam usaha mengambil manfaat tersebut, aktivitas manusia seringkali
menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai
konsekuensinya, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan.
1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh
masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang
berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000
spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi
kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola
tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang
keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola
pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak
kelompok masyarakat di Indonesia. Pada Tabel 6.2 dapat dilihat banyaknya
spesies tanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Tabel 6.2
Jumlah Spesies Tanaman yang Dimanfaatkan Masyarakat Indonesia
100 spesies tanaman biji-bijian, ubi-ubian, sagu,
penghasil
tepung dan gula Sumber
karbohidrat
100 spesies tanaman kacang-kacangan Sumber
protein dan lemak
450 spesies tanaman buah-buahan Sumber
vitamin dan mineral
250 spesies tanaman sayur-sayuran Sumber vitamin dan mineral
70 spesies tanaman Bumbu
dan rempah-rempah
40 spesies tanaman Bahan
minuman
56 spesies bambu dan 100 spesies tanaman berkayu Bahan
bangunan
150 spesies rotan Perabot
rumah tangga
1.000 spesies tanaman Tanaman
hias
940 spesies tanaman Bahan
obat tradisional
Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga mencakup
sumber daya hayati laut dan hewan daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hamper
semua produk laut untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan
tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik
(mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam
pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman, kecap, dan terasi. Berdasarkan
tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati
dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber
bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.
Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang
sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan.
Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada
di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman
serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu
yang diambil dari peternakan. Perhatikan kembali Tabel 6.2 dan Gambar 6.11. Selain
pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas
dan hujan (Gambar 6.12). Rumah tersebut
2. Ancaman terhadap Keanekaragaman
Hayati
Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia
memang dinilai sangat menguntungkan karena banyak di antara jenis hayati yang
ada memiliki manfaat sebagai bahan obat, bahan bangunan, bahan dasar industri,
maupun bahan-bahan lain yang sangat diperlukan baik oleh Indonesia sendiri
maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara langsung tidak atau
kurang bermanfaat bagi kehidupan manusia pun ternyata sangat penting untuk
mendukung kehidupan jenis hayati yang diperlukan oleh manusia. Keanekaragaman
hayati yang tinggi juga menyebabkan banyak di antara jenis hayati Indonesia
memiliki populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis)
sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak,
jenis megaherbivora, jenis-jenis yang berbiak dalam kelompok, dan
jenis-jenis yang melakukan migrasi.
Berbagai kegiatan manusia juga menyebabkan beberapa
kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa
pemanfaatan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya. Kegiatan
lain adalah penebangan kayu yang menyebabkan terjadinya fragmentasi hutan.
Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya dapat hidup di tengah rimba tidak dapat
bertahan hidup karena kehilangan habitat. Contohnya adalah orang utan (Pongo
pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis kera
besar yang habitatnya adalah pepohonan dengan kanopi yang lebat. Akibat
fragmentasi habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi
tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang
akan bahan makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa
digunakannya untuk menapak di lantai hutan. Perhatikan Gambar 6.14.
Upaya manusia dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali
menimbulkan ancaman karena manusia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, terkadang melakukan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan
eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akibat negatifnya menjadi ancaman bagi
berbagai jenis hayati yang ada. Di bidang pertanian, manusia seringklali Menggunakan
insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang
dapat meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam dosis dapat. Tetapi, jika
dosisnya berlebihan akan menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati karena ikut
meracuni organisme nontarget. Selain pertanian, penebangan liar juga
menyebabkan ekosistem hutan terganggu. Perhatikan Gambar 6.15. Akibatnya
berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti banjir dan tanag longsor.
Begitu pula dengan usaha mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi.
Selain itu, sistem ladang berpindah yang dilakukan oleh penduduk local juga
dapat merusak tanaman, hewan, dan struktur tanah. Perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman hayati.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan habitat yang nyaman
bagi beberapa hewan dan tumbuhan tertentu. Tetapi jika manusia melakukan
perburuan liar, maka berbagai jenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu
tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan
semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu
ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga,
daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering
melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi memiliki hobi
yang membunuh ini. Mereka dengan bangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa
bersalah telah membunuh berbagai hewan yang tidak berdosa. Perhatikan Gambar 6.16.
Di ekosistem perairan, penangkapan ikan dengan alat-alat
modern juga merupakan ancaman bagi keanaekaragaman hayati. Para nelayan yang
tidak sabar menggunakan kail atau jaring memilih menangkap ikan dengan
menyetrum atau menggunakan bahan kimia dan bahan peledak. Memang ikan yang
tertangkap lebih banyak, tetapi cara ini mengganggu ekosistem karena ikan-ikan
yang masih kecil juga akan ikut mati.
3. Upaya Pelestarian Keanekaragaman
Hayati
Untuk mengatasi berbagai kerusakan yang mengancam
ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, manusia melakukan berbagai
tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana,
reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator, dan berbagai usaha
pelestarian lainnya. Penebangan hutan yang dilakukan dengan terencana (system tebang pilih) akan dapat mengurangi resiko
bencana alam akibat penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti
dengan reboisasi atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali berbagai jenis pohon.
Perhatikan Gambar 6.17. Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan
punah, meskipun pertumbuhannya memerlukan
waktu yang lama. Selain reboisasi, pengendalian hama dengan
hewan predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian
hama de ngan hewan predator lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida
dan insektisida., karena tidak menggangu keseimbangan ekosistem.
Untuk mendukung kelestarian berbagai jenis hayati,
dilakukan berbagai usaha pelestarian hewan dan tanaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ. Pelestarian secara in situ adalah
pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya adalah
dengan mendirikan cagar alam. Sedangkan secara ex situ pelestarian
tersebut dilakukan di luar habitatnya, misalnya dengan penangkaran. Dengan
penangkaran ini, berbagai jenis hewan yang sulit berkembang biak di habitat
aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya adalah penangkaran harimau
di kebun binatang Ragunan. Perhatikan Gambar 6.18. Nah teman-teman, untuk
menambah wawasan kalian tentang kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman hayati, lakukan kegiatan berikut.
a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum merupakan perlindungan terhadap fl
ora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu
perlindungan alam ketat, perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional.
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia,
kecuali apabila dipandang perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan
berkembang dengan sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah cagar alam Ujung Kulon (Gambar 6.19)
sedangkan perlindungan
alam terbimbing adalah perlindungan alam oleh
para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor (Gambar 6.20). Kedua perlindungan
alam tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit.
Berbeda dengan perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang
meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak diperbolehkan dibangun rumah tinggal
atau untuk kepentingan industri. Namun demikian, taman nasional
dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata,
asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari
Bogor (Gambar 6.21). Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan
enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional
tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu)
1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000
hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000
hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000
hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000
hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis
hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo
(Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah
taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas. Perhatikan Gambar 6.22
dan Gambar 6.23. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah
melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar
alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan
taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip
pengelolaan yang berbeda.
Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar
alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis
makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain
itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan,
pusat pengaturan system air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan
pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru,
yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat
perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam
hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlin
dungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi
yang ada di kawasan yang bersangkutan. Perhatikan Gambar 6.24 dan 6.25.
Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan
hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam
dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika,
suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam
dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra
barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan
melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta
air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan
tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan
harimau Jawa.
8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan
melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan
melindungi ikan yang terancam punah.
D. Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian sering melakukan
pengelompokan terhadap benda-benda tertentu, bukan? Misalnya, kalian
mengelompokkan sendok, piring, dan gelas dalam kelompok alat-alat makan. Selain
itu, kalian juga mengelompokkan bus, motor, dan mobil dalam kelompok alat-alat
transportasi. Pengelompokan alat-alat makan dan transportasi tersebut adalah
berdasarkan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap
pengelompokan pasti didasarkan pada dasar pengelompokan. Begitu pula halnya
dengan klasifi kasi makhluk hidup.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa alam semesta dihuni
oleh beragam makhluk hidup. Agar lebih mudah mengenali beragam makhluk hidup,
kita perlu melakukan klasifi kasi makhluk hidup. Bagaimana cara klasifi kasi
makhluk hidup? Perhatikan uraian berikut.
1. Tujuan dan Manfaat Klasifi kasi
Makhluk Hidup
Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin
menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifi kasi. Dengan klasifi kasi, kita dapat me ngenal sifat suatu
spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama
atau dengan melihat nama kelompoknya. Contohnya kita dapat mengelompokkan
seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang
(vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata). Kemudian, kelompok
hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok
ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfi bi), kelompok hewan melata
(Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap
(Aves). Kelompok- kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat. Kelompok
ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air
dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut seba gai ikan.
Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip.
Perhatikan Gambar 6.26. Kegiatan mengklasifi kasikan makhluk hidup sangat bermanfaat
bagi manusia. Dengan klasifi kasi tersebut akan
mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman
hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui
hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
2. Proses dan Hasil Klasifi kasi
Makhluk Hidup
Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan
cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson.
Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri
yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.
Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan
dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan
beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa,
merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut.
Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok
kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri
dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifi kasi
makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifi sial, system alamiah,
dan sistem fi logeni. Masing-masing sistem klasifi kasi tersebut memiliki dasar
pengelompokkan tertentu. Pada sistem artifi sial (buatan),
klasifi kasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi (terutama
pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem
klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Th eopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia
membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu
pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum.
Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan
tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Pada sistem alamiah, hasil
klasifi kasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar
klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck.
Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan
berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan
berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku
gasal. Sedangkan sistem fi
logeni merupakan klasifi kasi yang
mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka
bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan
lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru
dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi
perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme
tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar antar
takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin
banyak persamaannya.
Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifi
kasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem
yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 6.27. Pada tahun 1758, Carolus
Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk
hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia
Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan
mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan
organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak
dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest
Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk
hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuh an (Plantae), dan Dunia
Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain
Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek,
tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia
Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh
nutrisi. Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya de ngan
menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang
mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan
kelompok organisme yang memakan
organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain. Sistem
empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland
pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat
kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama
Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga
dikemukakan oleh Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifi
kasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan
prokariotik).
Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian
muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.Pada tahun 1969, R.
H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel
prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme
eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik,
multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik,
multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof
). Ke depan sistem klasifi kasi akan semakin berkembang sehubungan dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1.
Keanekaranagaman berikut yang bukan merupakan macam-macam keanekargaman hayati,
yaitu
a.
keanekaragaman hayati tingkat gen
b.
keanekaragaman hayati tingkat spesies
c.
keanekaragaman hayati tingkat jenis
d.
keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
e.
keanekaragaman hayati tingkat kingdom
2. Adanya
tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, dan delanggu merupakan
keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen d.
ekosistem
b. jenis e. kingdom
c.
spesies
3.
Walaupun tanaman tomat berada dalam genus yang sama dengan tanaman terong, tetapi
keduanya mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman hayati
tingkat ….
a. gen d.
ekosistem
b. jenis e. kingdom
c.
spesies
4.
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem dapat diketahui dari penampilan ….
a.
komunitasnya
b.
struktur biotiknya
c. keanekaragaman
jenisnya
d.
komunitas, struktur biotik, dan keanekaragaman jenisnya
e.
strukur abiotiknya
5. Faktor
yang mendukung tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia adalah ….
a. iklim
tropis
b. daerah
biografi nya termasuk oriental
c. secara
geografi s merupakan pertemuan sirkum Pasifi k dan Mediterania
d. iklim
dan letak geografi snya
e.
iklimnya subtropis
6. Salah
satu tumbuhan endemik yang ada diPulau Sumatera adalah ….
a. Calamus
caesius c. Swietenia
mahagoni
b. Rafl
esia arnoldii e. Salaca
edulis
d. Shorea
spp.
7.
Berikut ini yang bukan merupakan hewanhewan oriental adalah ….
a. gajah d. kera
bekantan
b. tapir e. anoa
c. orang
utan
8.
Berikut ini berbagai manfaat keanekaragaman hayati:
I. Sumber
karbohidrat
II. Bahan
bangunan
III. Sumber
oksigen
IV.
Tanaman hias
V.
Perabot rumah tangga
Yang
termasuk kebutuhan primer adalah ....
a. I, II,
III d.
III, IV, V
b. I,
III, V e.
II, IV, V
c. II,
III, IV
9.
Beberapa kegiatan manusia yang merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati adalah
....
a.
pengambilan bahan obat d. penggunaan
predator alami
b.
fragmentasi hutan e.
pertanian organik
c.
reboisasi
10.
Tindakan manusia yang dapat meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati
adalah
a.
pengendalian hama dengan insektisida dosis tinggi
b.
mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi
c. sistem
ladang berpindah
d.
pengendalian hama dengan hewan predator
e.
penangkapan ikan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam air
11.
Indonesia memiliki taman nasional dalam jumlah yang cukup banyak. Tujuan
diadakannya taman nasional tersebut adalah .…
a.
perlindungan keanekaragaman hayati in situ
b.
dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri
ekosistemnya
c.
sebagai laboratorium alami dan sarana pendidikan
d.
perlindungan keanekaragaman hayati,sarana rekreasi, penelitian, dan pendidikan tanpa
mengubah ciri-ciri
ekosistemnya
e. hanya
untuk kepentingan ekonomi semata atau pemasukan kas negara
12.
Perlindungan terhadap suku Asmat di Irian
jaya
termasuk perlindungan alam ….
a.
geologi d. zoologi
b.
antropologi e. geografi
c. botani
13. Di
antara beberapa Taman Nasional berikut, yang terletak di pulau Sulawesi adalah
a. Taman
Nasional Gunung Leuser
b. Taman
Nasional Lorelindu
c.
Taman Nasional Komodo
d. Taman
Nasional Baluran
e. Taman
Nasional Manusela Wainua
14.
Makhluk hidup diklasifi kasikan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan
fi siologi. Pengelompokan ini termasuk dalam system ….
a. artifi
sial d. fi logeni
b.
alamiah e. fi lologi
c. buatan
15. Nama latin
kucing adalah Felix domistica. Kata domestica menunjukkan nama ….
a. genus d. familia
b.
spesies e. penunjuk
c.
ordo spesies
Keanekaragaman hayati
·
Keanekaragaman hayati
pada tingkat:
1. Gen
2. Jenis
3. Ekosistem
Pembagian daerah flora Indonesia menurut Dr. sampurna Kadarsan
Pembagian daerah fauna Indonesia menurut Walece
dan Weber
Berbagai tipe bioma yang ada di Indonesia meliputi:
1.Hutan hujan tropis
2.Hutan musim
3.Sabana
4.stepa
Berbagai peranan keanekaragaman hayati bagi manusia
Konservasi (perlindungan) keanekaragaman hayati meliputi:
1.In-situ
2.E-situ
Dunia Tumbuhan (Plantae)
Ciri umum Dunia Tumbuhan
·
Klasifikasi tumbuhan
·
Divisi tumbuhan lumut (Bryophyta) meliputi:
1.
Ciri-ciri umum Bryophyta
2.
Klasifikasi Bryophyta
3.
Struktur tubuh Bryophyta
4.
Siklus hidup Bryophyta
5.
Peranan Bryophyta
·
Divisi tumbuhan paku (Pteridophyta) meliputi:
1.
Ciri umum tumbuhan paku
2.
Klasifikasi tumbuhan
paku
3.
Struktur tubuh tumbuhan
paku
4.
Siklus hidup tumbuhan
paku
5.
Peranan tumbuhan paku
·
Divisi bagi manusia
tumbuhan berbiji (Spermatophyta)
meliputi:
1. Ciri umum tumbuhan berbiji
2. Klosifikasi tumbuh berbiji
3. Struktur tubuh (akar, batang,
daun, dan bunga) tumbuhan berbiji
4. Peranan tumbuhan berbiji bagi
manusia
·
Filum Dunia Hewan (Animalia)
1. Ciri umum dunia hewan
2. Dasar klasifikasi dunia hewan
3.
Klasifikasi dunia hewan
4.
Peranannya bagi
kehidupan
EKOSISTEM
·
Pengertian ekologi
sebagai ilmu
·
Ekosistem dan komponen
penyusunnya
·
Pengelompokan komponen
biotik berdasarkan fugsinya
·
Tingkat organisasi komponen
biotik dalam ekosistem
·
Berbagai interaksi dalam
ekosistem
·
Rantai makanan,
jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi
·
Aliran energi dan siklus
materi dalam ekosistem
·
Daur biogeokimia
·
Keseimbangan lingkungan
·
Aktivitas manusia dan
dampaknya terhadap lingkungan
·
Beberapa bahan pencemar
dan dampaknya
·
Upaya pencegahan
pencemaran lingkungan
·
Penanganan limbah dengan
cara daur ulang
·
Berbagai produk daur
ulang limbah
KEANEKARAGAMAN
HAYATI
Ada beraneka ragam makhluk hidup di sekitar kita. Kalian
mengenal berbagai kelompok makhluk hidup (mikroorganisme, protista, jamur,
tumbuhan, dan hewan) yang masing-masing memiliki jenis dengan sifat yang
beraneka ragam. Tapi apakah kalian tahu, bahwa dalam satu jenis makhluk hidup
kalian masih menemukan adanya keanekaragaman? Pohon mangga misalnya, ada
beragam jenis pohon mangga yang kita kenal, misalnya mangga arum manis,
manalagi, dan sebagainya. Bagaimana keane karagaman tersebut terjadi? Bagaimana
cara mengenal organisme yang ber aneka ragam tersebut? Kalian akan mengetahui
jawabannya dalam uraian bab ini.
A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Semua makhluk hidup memiliki beberapa sifat yang sama
sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat
makhluk hidup tersebut adalah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat
sisa, berge rak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan memiliki bahan
genetik. Selain kesamaan (keberagaman) tersebut, berbagai
makhluk hidup juga memiliki perbedaan (beraneka ragam).
Ketika kalian mengamati berbagai jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan,
protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan
adanya sifat-sifat yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya
terdapat antarkelompok
atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu
spesies. Pada
ayam, misalnya, kita mengenal berbagai jenis ayam, yaitu
ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut memiliki perbedaan
tertentu. Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam
kampung misalnya, juga memiliki beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya
ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini
menunjukkan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar
pun antara satu dengan yang lain memiliki ciri tertentu yang membedakannya.
Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan
adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran, serta ciri-ciri lainnya.
Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat
pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman ini terjadi
karena adanya pengaruh faktor genetik dan
faktor
lingkungan yang memengaruhi fenotip
(ekspresi gen).
1. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel
tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang
berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa
oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam Kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan
atau segmen dari rantai terpilin (ADN). Setiap individu memiliki susunan gen
yang khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen menunjukkan
adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut
mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti
tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Contohnya kita amati pada tanaman padi dan rambutan.
Tanaman rambutan memiliki empat varietas yang berbeda, yaitu varietas
aceh, varietas rafi a, varietas jakarta, dan varietas lampung. Demikian juga pada
tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan
bumiayu. Contoh lain adalah variasi warna pada bunga tembelekan (Gambar
6.1). Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya
bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna
tersebut di kendalikan
oleh gen.
2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan
keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies
makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat
perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea
batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun
berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut
memiliki sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar
sedangkan krangkungan tumbuh tegak. Contoh lain adalah pada genus Ficus,
misalnya antara Pergilah ke perpustakaan sekolah atau akseslah internet, lalu
carilah informasi mengenai keanekaragaman gen pada manusia. Pada sifat-sifat
manakah variasi itu terjadi dan apakah sifat-sifat tersebut bisa berubah?
Diskusikan dengan teman sebangku kalian dan tuliskan hasilnya pada 2 lembar
kertas HVS.
Gambar 6.1 Variasi warna pada bunga tembelekan (a) putih
(b) ungu (c) kuning
Gambar 6.2 Keanekaragaman jenis
pada genus Ficus (a) Ficus benjamina (b) Ficus ribes
Gambar 6.2. Keanekaragaman sifat-sifat tersebut digunakan
untuk menentukan kedudukan tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam takson atau
kategori taksonomi.
3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu
berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini
berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca,
dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya
perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik).
Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem. Keanekaragaman
ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan,
tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan
gugur, hutan tropis, padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan
sebagainya. Perhatikan Gambar 6.3.
Gambar 6.3 Contoh keanekaragaman ekosistem (a) hutan (b)
padang rumput (c) danau
Pada lingkungan lain, kita dapat mengamati bahwa ikan
yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air
yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan deras berbeda
dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa
sungai aliran deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.
B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di
daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara
kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal
sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki
keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat
keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni setelah Brazil. Hutan
hujan tropis kita kaya akan fl ora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme
yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut
Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia.
Perkiraan jumlah spesies utama yang ada di Indonesia dapat kalian lihat pada
Tabel 6.1, mencakup mulai dari berbagai jenis mikrorganisme sampai mammalia.
Tabel 6.1 Perkiraan Jumlah
Spesies Utama di Indonesia
Kelompok Indonesia Dunia
Bakteri, ganggang hijau-biru 300 4.700
Jamur 12.000 47.000
Rumput laut 1.800 21.000
Lumut 1.500 16.000
Paku-pakuan 1.250
13.000
Tanaman berbunga 25.000 250.000
Serangga 250.000 750.000
Moluska 20.000 50.000
Ikan 8.500
19.000
Amfi bia 1.000 4.200
Reptilia 2.000 6.300
Burung 1.500 9.200
Mammalia 500 4.170
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung
oleh beberapa hal. Wilayah Indonesia terletak pada dua kawasan biogeografi ,yaitu
Oriental dan Australia, sehingga Indonesia memiliki sebagian kekayaan jenis
hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman
jenis yang dimiliki. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki
berbagai tipe topografi yang dapat berfungsi sebagai penghalang perpindahan
anggota berbagai jenis hayati atau memiliki faktor alam yang khas sehingga
memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis baru dari modal jenis yang telah
ada. Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi
satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia
mendapat tambahan kekayaan jenis hayati dari perilaku migrasi.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau
dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan
timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup
dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki
jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutanhutan di daerah lainnya.
Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak
kalian temukan di luar Kalimantan. Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda,
Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang memiliki tumbuhan lebih sedikit
dibandingkan dengan hutan di Kalimantan.
1. Persebaran Tumbuhan
Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan berbagai jenis
tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana
merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di
Sumatra, Kalimantan, dan Filipina bagian utara. Contoh tumbuhan tersebut adalah
meranti, palem, dan salak. Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik,
yaitu Raffl esia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga
bangkai ini hanya bisa ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya endemis.
Perhatikan gambar 6.4.
Selain Raffl esia arnoldii di Sumatra, tanaman
endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua
juga memiliki pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata).
Perhatikan Gambar 6.5. Bentuk buah matoa seperti kelengkeng, tetapi lebih besar
dan buahnya membentuk rangkaian seperti anggur, berkulit tipis, dan kuat.
Berbagai daerah lain di Indonesia juga memiliki jenis
tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus
caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon
jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium
commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa. Contoh lain adalah salak (Salacca
edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta
durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra.
Perhatikan Gambar 6.6.
Gambar 6.6
Beberapa jenis tanaman khas Indonesia (a) mahoni (b) meranti (c) salak
2. Persebaran Hewan
Secara geografi s, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber.
Garis-garis khayal tersebut menunjukkan adanya per- bedaan persebaran hewan
(fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambar 6.7.
Gambar 6.7 Pembagian
daerah biogeografi Indonesia oleh Garis Wallace dan Weber
Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi
3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur
Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing daerah tersebut
memiliki berbagai jenis hewan yang khas. Daerah di sebelah barat garis
Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memiliki berbagai jenis fauna
Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut adalah gajah, tapir, badak bercula
satu, harimau Sumatera, orang utan, kera bekantan, dan beruang madu. Perhatikan
Gambar 6.8. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan hewan menyusui yang berukuran
besar, berbagai macam kera, dan ikan air tawar.
Gambar 6.8
Berbagai jenis fauna Oriental (a) orang utan (b) harimau (c) badak
Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna
Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok,
misalnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan
beberapa jenis hewan berkantung, misalnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain
adalah komodo, babirusa, dan kuskus. Gambar 6.9 menunjukkan berbagai jenis
hewan tersebut.
Gambar 6.9
Berbagai jenis fauna Australian (a) babirusa (b) kuskus (c) cenderawasih
Daerah di antara dua Garis
Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea.
Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang.
Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin
berkurang. Dengan demikian, marsupialia dapat ditemukan di daerah Wallacea dan
burung pelatuk oriental juga dapat dijumpai di sebelah timur Wallacea . Sementara
itu, hewan-hewan oriental misalnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi
Garis Wallace sampai ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain misalnya anoa,
maleo, dan tarsius. Perhatikan Gambar 6.10.
Gambar 6.10
Berbagai jenis fauna peralihan (a) tarsius (b) anoa
Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh
dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan
oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan hewan oriental
bajing dan harimau, tetapi hewan ini tidak menyebar ke Lombok. Sedangkan di
Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna
Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan hewan Australian
Oposom dan burung kakak tua (fauna Australian), namun kedua hewan tersebut
tidak ditemukan di Kalimantan. Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian,
maupun peralihan, beberapa hewan tersebut adalah hewan-hewan khas Indonesia.
Beberapa jenis asli Indonesia yang saat ini terancam punah adalah orang utan (endemik
di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula
satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat), dan anoa (endemik di Sulawesi).
C. Pemanfaatan Keanekaragaman
Hayati dan Permasalahannya
Tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia
sangat menguntungkan karena memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat.
Dalam usaha mengambil manfaat tersebut, aktivitas manusia seringkali
menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai
konsekuensinya, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan.
1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh
masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang
berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000
spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi
kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola
tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang
keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola
pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak
kelompok masyarakat di Indonesia. Pada Tabel 6.2 dapat dilihat banyaknya
spesies tanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.
Tabel 6.2
Jumlah Spesies Tanaman yang Dimanfaatkan Masyarakat Indonesia
100 spesies tanaman biji-bijian, ubi-ubian, sagu,
penghasil
tepung dan gula Sumber
karbohidrat
100 spesies tanaman kacang-kacangan Sumber
protein dan lemak
450 spesies tanaman buah-buahan Sumber
vitamin dan mineral
250 spesies tanaman sayur-sayuran Sumber vitamin dan mineral
70 spesies tanaman Bumbu
dan rempah-rempah
40 spesies tanaman Bahan
minuman
56 spesies bambu dan 100 spesies tanaman berkayu Bahan
bangunan
150 spesies rotan Perabot
rumah tangga
1.000 spesies tanaman Tanaman
hias
940 spesies tanaman Bahan
obat tradisional
Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga mencakup
sumber daya hayati laut dan hewan daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hamper
semua produk laut untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan
tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik
(mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam
pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman, kecap, dan terasi. Berdasarkan
tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati
dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan
primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber
bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.
Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang
sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan.
Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada
di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman
serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu
yang diambil dari peternakan. Perhatikan kembali Tabel 6.2 dan Gambar 6.11. Selain
pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas
dan hujan (Gambar 6.12). Rumah tersebut
2. Ancaman terhadap Keanekaragaman
Hayati
Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia
memang dinilai sangat menguntungkan karena banyak di antara jenis hayati yang
ada memiliki manfaat sebagai bahan obat, bahan bangunan, bahan dasar industri,
maupun bahan-bahan lain yang sangat diperlukan baik oleh Indonesia sendiri
maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara langsung tidak atau
kurang bermanfaat bagi kehidupan manusia pun ternyata sangat penting untuk
mendukung kehidupan jenis hayati yang diperlukan oleh manusia. Keanekaragaman
hayati yang tinggi juga menyebabkan banyak di antara jenis hayati Indonesia
memiliki populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis)
sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak,
jenis megaherbivora, jenis-jenis yang berbiak dalam kelompok, dan
jenis-jenis yang melakukan migrasi.
Berbagai kegiatan manusia juga menyebabkan beberapa
kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa
pemanfaatan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya. Kegiatan
lain adalah penebangan kayu yang menyebabkan terjadinya fragmentasi hutan.
Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya dapat hidup di tengah rimba tidak dapat
bertahan hidup karena kehilangan habitat. Contohnya adalah orang utan (Pongo
pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis kera
besar yang habitatnya adalah pepohonan dengan kanopi yang lebat. Akibat
fragmentasi habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi
tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang
akan bahan makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa
digunakannya untuk menapak di lantai hutan. Perhatikan Gambar 6.14.
Upaya manusia dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali
menimbulkan ancaman karena manusia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan
hidupnya, terkadang melakukan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan
eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akibat negatifnya menjadi ancaman bagi
berbagai jenis hayati yang ada. Di bidang pertanian, manusia seringklali Menggunakan
insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang
dapat meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam dosis dapat. Tetapi, jika
dosisnya berlebihan akan menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati karena ikut
meracuni organisme nontarget. Selain pertanian, penebangan liar juga
menyebabkan ekosistem hutan terganggu. Perhatikan Gambar 6.15. Akibatnya
berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti banjir dan tanag longsor.
Begitu pula dengan usaha mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi.
Selain itu, sistem ladang berpindah yang dilakukan oleh penduduk local juga
dapat merusak tanaman, hewan, dan struktur tanah. Perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman hayati.
Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan habitat yang nyaman
bagi beberapa hewan dan tumbuhan tertentu. Tetapi jika manusia melakukan
perburuan liar, maka berbagai jenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu
tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan
semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu
ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga,
daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering
melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi memiliki hobi
yang membunuh ini. Mereka dengan bangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa
bersalah telah membunuh berbagai hewan yang tidak berdosa. Perhatikan Gambar 6.16.
Di ekosistem perairan, penangkapan ikan dengan alat-alat
modern juga merupakan ancaman bagi keanaekaragaman hayati. Para nelayan yang
tidak sabar menggunakan kail atau jaring memilih menangkap ikan dengan
menyetrum atau menggunakan bahan kimia dan bahan peledak. Memang ikan yang
tertangkap lebih banyak, tetapi cara ini mengganggu ekosistem karena ikan-ikan
yang masih kecil juga akan ikut mati.
3. Upaya Pelestarian Keanekaragaman
Hayati
Untuk mengatasi berbagai kerusakan yang mengancam
ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, manusia melakukan berbagai
tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana,
reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator, dan berbagai usaha
pelestarian lainnya. Penebangan hutan yang dilakukan dengan terencana (system tebang pilih) akan dapat mengurangi resiko
bencana alam akibat penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti
dengan reboisasi atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk
melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali berbagai jenis pohon.
Perhatikan Gambar 6.17. Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan
punah, meskipun pertumbuhannya memerlukan
waktu yang lama. Selain reboisasi, pengendalian hama dengan
hewan predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian
hama de ngan hewan predator lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida
dan insektisida., karena tidak menggangu keseimbangan ekosistem.
Untuk mendukung kelestarian berbagai jenis hayati,
dilakukan berbagai usaha pelestarian hewan dan tanaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan
dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ. Pelestarian secara in situ adalah
pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya adalah
dengan mendirikan cagar alam. Sedangkan secara ex situ pelestarian
tersebut dilakukan di luar habitatnya, misalnya dengan penangkaran. Dengan
penangkaran ini, berbagai jenis hewan yang sulit berkembang biak di habitat
aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya adalah penangkaran harimau
di kebun binatang Ragunan. Perhatikan Gambar 6.18. Nah teman-teman, untuk
menambah wawasan kalian tentang kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap
keanekaragaman hayati, lakukan kegiatan berikut.
a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum merupakan perlindungan terhadap fl
ora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu
perlindungan alam ketat, perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional.
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia,
kecuali apabila dipandang perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan
berkembang dengan sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah cagar alam Ujung Kulon (Gambar 6.19)
sedangkan perlindungan
alam terbimbing adalah perlindungan alam oleh
para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor (Gambar 6.20). Kedua perlindungan
alam tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit.
Berbeda dengan perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang
meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak diperbolehkan dibangun rumah tinggal
atau untuk kepentingan industri. Namun demikian, taman nasional
dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata,
asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari
Bogor (Gambar 6.21). Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan
enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional
tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu)
1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000
hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000
hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000
hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000
hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.
Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis
hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo
(Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah
taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas. Perhatikan Gambar 6.22
dan Gambar 6.23. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah
melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar
alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan
taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip
pengelolaan yang berbeda.
Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar
alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis
makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain
itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan,
pusat pengaturan system air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan
pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru,
yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat
perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam
hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlin
dungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi
yang ada di kawasan yang bersangkutan. Perhatikan Gambar 6.24 dan 6.25.
Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan
tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan
hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam
dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika,
suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam
dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra
barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan
melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta
air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan
tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan
harimau Jawa.
8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan
melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan
melindungi ikan yang terancam punah.
D. Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian sering melakukan
pengelompokan terhadap benda-benda tertentu, bukan? Misalnya, kalian
mengelompokkan sendok, piring, dan gelas dalam kelompok alat-alat makan. Selain
itu, kalian juga mengelompokkan bus, motor, dan mobil dalam kelompok alat-alat
transportasi. Pengelompokan alat-alat makan dan transportasi tersebut adalah
berdasarkan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap
pengelompokan pasti didasarkan pada dasar pengelompokan. Begitu pula halnya
dengan klasifi kasi makhluk hidup.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa alam semesta dihuni
oleh beragam makhluk hidup. Agar lebih mudah mengenali beragam makhluk hidup,
kita perlu melakukan klasifi kasi makhluk hidup. Bagaimana cara klasifi kasi
makhluk hidup? Perhatikan uraian berikut.
1. Tujuan dan Manfaat Klasifi kasi
Makhluk Hidup
Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin
menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifi kasi. Dengan klasifi kasi, kita dapat me ngenal sifat suatu
spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama
atau dengan melihat nama kelompoknya. Contohnya kita dapat mengelompokkan
seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang
(vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata). Kemudian, kelompok
hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok
ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfi bi), kelompok hewan melata
(Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap
(Aves). Kelompok- kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat. Kelompok
ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air
dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut seba gai ikan.
Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip.
Perhatikan Gambar 6.26. Kegiatan mengklasifi kasikan makhluk hidup sangat bermanfaat
bagi manusia. Dengan klasifi kasi tersebut akan
mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di
dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman
hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui
hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
2. Proses dan Hasil Klasifi kasi
Makhluk Hidup
Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan
cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson.
Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri
yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.
Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan
dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan
beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa,
merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua
kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut.
Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok
kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri
dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifi kasi
makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifi sial, system alamiah,
dan sistem fi logeni. Masing-masing sistem klasifi kasi tersebut memiliki dasar
pengelompokkan tertentu. Pada sistem artifi sial (buatan),
klasifi kasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi (terutama
pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem
klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Th eopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia
membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu
pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum.
Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan
tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Pada sistem alamiah, hasil
klasifi kasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar
klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck.
Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan
berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan
berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku
gasal. Sedangkan sistem fi
logeni merupakan klasifi kasi yang
mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka
bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan
lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru
dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi
perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme
tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama.
Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar antar
takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin
banyak persamaannya.
Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifi
kasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem
yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 6.27. Pada tahun 1758, Carolus
Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk
hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia
Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan
mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan
organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak
dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest
Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk
hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuh an (Plantae), dan Dunia
Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain
Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek,
tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia
Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh
nutrisi. Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya de ngan
menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang
mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan
kelompok organisme yang memakan
organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain. Sistem
empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland
pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat
kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama
Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga
dikemukakan oleh Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifi
kasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan
prokariotik).
Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian
muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.Pada tahun 1969, R.
H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel
prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme
eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik,
multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik,
multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta,
Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof
). Ke depan sistem klasifi kasi akan semakin berkembang sehubungan dengan
adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi
Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1.
Keanekaranagaman berikut yang bukan merupakan macam-macam keanekargaman hayati,
yaitu
a.
keanekaragaman hayati tingkat gen
b.
keanekaragaman hayati tingkat spesies
c.
keanekaragaman hayati tingkat jenis
d.
keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
e.
keanekaragaman hayati tingkat kingdom
2. Adanya
tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, dan delanggu merupakan
keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen d.
ekosistem
b. jenis e. kingdom
c.
spesies
3.
Walaupun tanaman tomat berada dalam genus yang sama dengan tanaman terong, tetapi
keduanya mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman hayati
tingkat ….
a. gen d.
ekosistem
b. jenis e. kingdom
c.
spesies
4.
Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem dapat diketahui dari penampilan ….
a.
komunitasnya
b.
struktur biotiknya
c. keanekaragaman
jenisnya
d.
komunitas, struktur biotik, dan keanekaragaman jenisnya
e.
strukur abiotiknya
5. Faktor
yang mendukung tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia adalah ….
a. iklim
tropis
b. daerah
biografi nya termasuk oriental
c. secara
geografi s merupakan pertemuan sirkum Pasifi k dan Mediterania
d. iklim
dan letak geografi snya
e.
iklimnya subtropis
6. Salah
satu tumbuhan endemik yang ada diPulau Sumatera adalah ….
a. Calamus
caesius c. Swietenia
mahagoni
b. Rafl
esia arnoldii e. Salaca
edulis
d. Shorea
spp.
7.
Berikut ini yang bukan merupakan hewanhewan oriental adalah ….
a. gajah d. kera
bekantan
b. tapir e. anoa
c. orang
utan
8.
Berikut ini berbagai manfaat keanekaragaman hayati:
I. Sumber
karbohidrat
II. Bahan
bangunan
III. Sumber
oksigen
IV.
Tanaman hias
V.
Perabot rumah tangga
Yang
termasuk kebutuhan primer adalah ....
a. I, II,
III d.
III, IV, V
b. I,
III, V e.
II, IV, V
c. II,
III, IV
9.
Beberapa kegiatan manusia yang merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati adalah
....
a.
pengambilan bahan obat d. penggunaan
predator alami
b.
fragmentasi hutan e.
pertanian organik
c.
reboisasi
10.
Tindakan manusia yang dapat meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati
adalah
a.
pengendalian hama dengan insektisida dosis tinggi
b.
mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi
c. sistem
ladang berpindah
d.
pengendalian hama dengan hewan predator
e.
penangkapan ikan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam air
11.
Indonesia memiliki taman nasional dalam jumlah yang cukup banyak. Tujuan
diadakannya taman nasional tersebut adalah .…
a.
perlindungan keanekaragaman hayati in situ
b.
dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri
ekosistemnya
c.
sebagai laboratorium alami dan sarana pendidikan
d.
perlindungan keanekaragaman hayati,sarana rekreasi, penelitian, dan pendidikan tanpa
mengubah ciri-ciri
ekosistemnya
e. hanya
untuk kepentingan ekonomi semata atau pemasukan kas negara
12.
Perlindungan terhadap suku Asmat di Irian
jaya
termasuk perlindungan alam ….
a.
geologi d. zoologi
b.
antropologi e. geografi
c. botani
13. Di
antara beberapa Taman Nasional berikut, yang terletak di pulau Sulawesi adalah
a. Taman
Nasional Gunung Leuser
b. Taman
Nasional Lorelindu
c.
Taman Nasional Komodo
d. Taman
Nasional Baluran
e. Taman
Nasional Manusela Wainua
14.
Makhluk hidup diklasifi kasikan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan
fi siologi. Pengelompokan ini termasuk dalam system ….
a. artifi
sial d. fi logeni
b.
alamiah e. fi lologi
c. buatan
15. Nama latin
kucing adalah Felix domistica. Kata domestica menunjukkan nama ….
a. genus d. familia
b.
spesies e. penunjuk
c.
ordo spesies
Tidak ada komentar:
Posting Komentar