Jumat, 09 Januari 2015

KEANEKARAGAMAN HAYATI




Ada beraneka ragam makhluk hidup di sekitar kita. Kalian mengenal berbagai kelompok makhluk hidup (mikroorganisme, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan) yang masing-masing memiliki jenis dengan sifat yang beraneka ragam. Tapi apakah kalian tahu, bahwa dalam satu jenis makhluk hidup kalian masih menemukan adanya keanekaragaman? Pohon mangga misalnya, ada beragam jenis pohon mangga yang kita kenal, misalnya mangga arum manis, manalagi, dan sebagainya. Bagaimana keane karagaman tersebut terjadi? Bagaimana cara mengenal organisme yang ber aneka ragam tersebut? Kalian akan mengetahui jawabannya dalam uraian bab ini.

  A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Semua makhluk hidup memiliki beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat makhluk hidup tersebut adalah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat sisa, berge rak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan memiliki bahan
genetik. Selain kesamaan (keberagaman) tersebut, berbagai makhluk hidup juga memiliki perbedaan (beraneka ragam). Ketika kalian mengamati berbagai jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan, protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan adanya sifat-sifat yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya terdapat antarkelompok atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu spesies. Pada
ayam, misalnya, kita mengenal berbagai jenis ayam, yaitu ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut memiliki perbedaan tertentu. Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam kampung misalnya, juga memiliki beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini menunjukkan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar pun antara satu dengan yang lain memiliki ciri tertentu yang membedakannya. Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran, serta ciri-ciri lainnya. Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman ini terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan yang memengaruhi fenotip (ekspresi gen).

1. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam Kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau segmen dari rantai terpilin (ADN). Setiap individu memiliki susunan gen yang khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen menunjukkan adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Contohnya kita amati pada tanaman padi dan rambutan. Tanaman rambutan memiliki empat varietas yang berbeda, yaitu varietas aceh, varietas rafi a, varietas jakarta, dan varietas lampung. Demikian juga pada tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu. Contoh lain adalah variasi warna pada bunga tembelekan (Gambar 6.1). Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna tersebut di kendalikan
oleh gen.


2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar sedangkan krangkungan tumbuh tegak. Contoh lain adalah pada genus Ficus, misalnya antara Pergilah ke perpustakaan sekolah atau akseslah internet, lalu carilah informasi mengenai keanekaragaman gen pada manusia. Pada sifat-sifat manakah variasi itu terjadi dan apakah sifat-sifat tersebut bisa berubah? Diskusikan dengan teman sebangku kalian dan tuliskan hasilnya pada 2 lembar kertas HVS.

     

Gambar 6.1 Variasi warna pada bunga tembelekan (a) putih (b) ungu (c) kuning

 
Gambar 6.2 Keanekaragaman jenis pada genus Ficus (a) Ficus benjamina (b) Ficus ribes

Gambar 6.2. Keanekaragaman sifat-sifat tersebut digunakan untuk menentukan kedudukan tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam takson atau kategori taksonomi.

3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan gugur, hutan tropis, padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan sebagainya. Perhatikan Gambar 6.3.

    

Gambar 6.3 Contoh keanekaragaman ekosistem (a) hutan (b) padang rumput (c) danau

Pada lingkungan lain, kita dapat mengamati bahwa ikan yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan deras berbeda dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa sungai aliran deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.

B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni setelah Brazil. Hutan hujan tropis kita kaya akan fl ora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia. Perkiraan jumlah spesies utama yang ada di Indonesia dapat kalian lihat pada Tabel 6.1, mencakup mulai dari berbagai jenis mikrorganisme sampai mammalia.

Tabel 6.1 Perkiraan Jumlah Spesies Utama di Indonesia
Kelompok                                          Indonesia      Dunia
Bakteri, ganggang hijau-biru                   300               4.700
Jamur                                                 12.000             47.000
Rumput laut                                         1.800              21.000
Lumut                                                   1.500              16.000
Paku-pakuan                                       1.250              13.000
Tanaman berbunga                           25.000            250.000
Serangga                                         250.000            750.000
Moluska                                             20.000              50.000
Ikan                                                      8.500              19.000
Amfi bia                                                1.000                4.200
Reptilia                                                 2.000                6.300
Burung                                                 1.500                9.200
Mammalia                                              500                 4.170
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung oleh beberapa hal. Wilayah Indonesia terletak pada dua kawasan biogeografi ,yaitu Oriental dan Australia, sehingga Indonesia memiliki sebagian kekayaan jenis hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman jenis yang dimiliki. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai tipe topografi yang dapat berfungsi sebagai penghalang perpindahan anggota berbagai jenis hayati atau memiliki faktor alam yang khas sehingga memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis baru dari modal jenis yang telah ada. Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia mendapat tambahan kekayaan jenis hayati dari perilaku migrasi.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutanhutan di daerah lainnya. Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak kalian temukan di luar Kalimantan. Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang memiliki tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan hutan di Kalimantan.
1. Persebaran Tumbuhan
Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di Sumatra, Kalimantan, dan Filipina bagian utara. Contoh tumbuhan tersebut adalah meranti, palem, dan salak. Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik, yaitu Raffl esia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga bangkai ini hanya bisa ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya endemis. Perhatikan gambar 6.4.
Selain Raffl esia arnoldii di Sumatra, tanaman endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua juga memiliki pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata). Perhatikan Gambar 6.5. Bentuk buah matoa seperti kelengkeng, tetapi lebih besar dan buahnya membentuk rangkaian seperti anggur, berkulit tipis, dan kuat.
Berbagai daerah lain di Indonesia juga memiliki jenis tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa. Contoh lain adalah salak (Salacca edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra. Perhatikan Gambar 6.6.

        

Gambar 6.6 Beberapa jenis tanaman khas Indonesia (a) mahoni (b) meranti (c) salak


2. Persebaran Hewan
Secara geografi s, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber. Garis-garis khayal tersebut menunjukkan adanya per- bedaan persebaran hewan (fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambar 6.7.

Gambar 6.7 Pembagian daerah biogeografi Indonesia oleh Garis Wallace dan Weber

Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing daerah tersebut memiliki berbagai jenis hewan yang khas. Daerah di sebelah barat garis Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memiliki berbagai jenis fauna Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut adalah gajah, tapir, badak bercula satu, harimau Sumatera, orang utan, kera bekantan, dan beruang madu. Perhatikan Gambar 6.8. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan hewan menyusui yang berukuran besar, berbagai macam kera, dan ikan air tawar.

  

Gambar 6.8 Berbagai jenis fauna Oriental (a) orang utan (b) harimau (c) badak

Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok, misalnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan beberapa jenis hewan berkantung, misalnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain adalah komodo, babirusa, dan kuskus. Gambar 6.9 menunjukkan berbagai jenis hewan tersebut.

    

Gambar 6.9 Berbagai jenis fauna Australian (a) babirusa (b) kuskus (c) cenderawasih

Daerah di antara dua Garis Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea. Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang. Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin berkurang. Dengan demikian, marsupialia dapat ditemukan di daerah Wallacea dan burung pelatuk oriental juga dapat dijumpai di sebelah timur Wallacea . Sementara itu, hewan-hewan oriental misalnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi Garis Wallace sampai ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain misalnya anoa, maleo, dan tarsius. Perhatikan Gambar 6.10.

 
Gambar 6.10 Berbagai jenis fauna peralihan (a) tarsius (b) anoa

Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan hewan oriental bajing dan harimau, tetapi hewan ini tidak menyebar ke Lombok. Sedangkan di Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan hewan Australian Oposom dan burung kakak tua (fauna Australian), namun kedua hewan tersebut tidak ditemukan di Kalimantan. Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian, maupun peralihan, beberapa hewan tersebut adalah hewan-hewan khas Indonesia. Beberapa jenis asli Indonesia yang saat ini terancam punah adalah orang utan (endemik di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat), dan anoa (endemik di Sulawesi).

C. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dan Permasalahannya
Tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sangat menguntungkan karena memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam usaha mengambil manfaat tersebut, aktivitas manusia seringkali menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai konsekuensinya, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan.

1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia. Pada Tabel 6.2 dapat dilihat banyaknya spesies tanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Tabel 6.2 Jumlah Spesies Tanaman yang Dimanfaatkan Masyarakat Indonesia

100 spesies tanaman biji-bijian, ubi-ubian, sagu, penghasil
tepung dan gula                                                                                                  Sumber karbohidrat
100 spesies tanaman kacang-kacangan                                                       Sumber protein dan lemak
450 spesies tanaman buah-buahan                                                                               Sumber vitamin dan mineral
250 spesies tanaman sayur-sayuran                                                              Sumber vitamin dan mineral
70 spesies tanaman                                                                                           Bumbu dan rempah-rempah
40 spesies tanaman                                                                                           Bahan minuman
56 spesies bambu dan 100 spesies tanaman berkayu                                              Bahan bangunan
150 spesies rotan                                                                                                Perabot rumah tangga
1.000 spesies tanaman                                                                                     Tanaman hias
940 spesies tanaman                                                                                         Bahan obat tradisional

Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga mencakup sumber daya hayati laut dan hewan daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hamper semua produk laut untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik (mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman, kecap, dan terasi. Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.
Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan. Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan. Perhatikan kembali Tabel 6.2 dan Gambar 6.11. Selain pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan (Gambar 6.12). Rumah tersebut

2. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati
Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia memang dinilai sangat menguntungkan karena banyak di antara jenis hayati yang ada memiliki manfaat sebagai bahan obat, bahan bangunan, bahan dasar industri, maupun bahan-bahan lain yang sangat diperlukan baik oleh Indonesia sendiri maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara langsung tidak atau kurang bermanfaat bagi kehidupan manusia pun ternyata sangat penting untuk mendukung kehidupan jenis hayati yang diperlukan oleh manusia. Keanekaragaman hayati yang tinggi juga menyebabkan banyak di antara jenis hayati Indonesia memiliki populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis) sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak, jenis megaherbivora, jenis-jenis yang berbiak dalam kelompok, dan jenis-jenis yang melakukan migrasi.
Berbagai kegiatan manusia juga menyebabkan beberapa kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa pemanfaatan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya. Kegiatan lain adalah penebangan kayu yang menyebabkan terjadinya fragmentasi hutan. Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya dapat hidup di tengah rimba tidak dapat bertahan hidup karena kehilangan habitat. Contohnya adalah orang utan (Pongo pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis kera besar yang habitatnya adalah pepohonan dengan kanopi yang lebat. Akibat fragmentasi habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang akan bahan makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa digunakannya untuk menapak di lantai hutan. Perhatikan Gambar 6.14.
Upaya manusia dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali menimbulkan ancaman karena manusia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terkadang melakukan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akibat negatifnya menjadi ancaman bagi berbagai jenis hayati yang ada. Di bidang pertanian, manusia seringklali Menggunakan insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang dapat meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam dosis dapat. Tetapi, jika dosisnya berlebihan akan menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati karena ikut meracuni organisme nontarget. Selain pertanian, penebangan liar juga menyebabkan ekosistem hutan terganggu. Perhatikan Gambar 6.15. Akibatnya berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti banjir dan tanag longsor. Begitu pula dengan usaha mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi. Selain itu, sistem ladang berpindah yang dilakukan oleh penduduk local juga dapat merusak tanaman, hewan, dan struktur tanah. Perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman hayati. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan habitat yang nyaman bagi beberapa hewan dan tumbuhan tertentu. Tetapi jika manusia melakukan perburuan liar, maka berbagai jenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga, daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi memiliki hobi yang membunuh ini. Mereka dengan bangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa bersalah telah membunuh berbagai hewan yang tidak berdosa. Perhatikan Gambar 6.16.

Di ekosistem perairan, penangkapan ikan dengan alat-alat modern juga merupakan ancaman bagi keanaekaragaman hayati. Para nelayan yang tidak sabar menggunakan kail atau jaring memilih menangkap ikan dengan menyetrum atau menggunakan bahan kimia dan bahan peledak. Memang ikan yang tertangkap lebih banyak, tetapi cara ini mengganggu ekosistem karena ikan-ikan yang masih kecil juga akan ikut mati.

3. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Untuk mengatasi berbagai kerusakan yang mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, manusia melakukan berbagai tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana, reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator, dan berbagai usaha pelestarian lainnya. Penebangan hutan yang dilakukan dengan terencana (system tebang pilih) akan dapat mengurangi resiko bencana alam akibat penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti dengan reboisasi atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali berbagai jenis pohon. Perhatikan Gambar 6.17. Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan punah, meskipun  pertumbuhannya memerlukan waktu yang lama. Selain reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian hama de ngan hewan predator lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida dan insektisida., karena tidak menggangu keseimbangan ekosistem.
Untuk mendukung kelestarian berbagai jenis hayati, dilakukan berbagai usaha pelestarian hewan dan tanaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ. Pelestarian secara in situ adalah pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya adalah dengan mendirikan cagar alam. Sedangkan secara ex situ pelestarian tersebut dilakukan di luar habitatnya, misalnya dengan penangkaran. Dengan penangkaran ini, berbagai jenis hewan yang sulit berkembang biak di habitat aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya adalah penangkaran harimau di kebun binatang Ragunan. Perhatikan Gambar 6.18. Nah teman-teman, untuk menambah wawasan kalian tentang kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati, lakukan kegiatan berikut.

a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum merupakan perlindungan terhadap fl ora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu perlindungan alam ketat, perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional.
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia, kecuali apabila dipandang perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah cagar alam Ujung Kulon (Gambar 6.19) sedangkan perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam oleh para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor (Gambar 6.20). Kedua perlindungan alam tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit.
Berbeda dengan perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak diperbolehkan dibangun rumah tinggal atau untuk kepentingan industri. Namun demikian, taman nasional
dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata, asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari Bogor (Gambar 6.21). Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.

Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas. Perhatikan Gambar 6.22 dan Gambar 6.23. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda.
Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan system air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlin dungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di kawasan yang bersangkutan. Perhatikan Gambar 6.24 dan 6.25. Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan harimau Jawa.
8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.

D. Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian sering melakukan pengelompokan terhadap benda-benda tertentu, bukan? Misalnya, kalian mengelompokkan sendok, piring, dan gelas dalam kelompok alat-alat makan. Selain itu, kalian juga mengelompokkan bus, motor, dan mobil dalam kelompok alat-alat transportasi. Pengelompokan alat-alat makan dan transportasi tersebut adalah berdasarkan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap pengelompokan pasti didasarkan pada dasar pengelompokan. Begitu pula halnya dengan klasifi kasi makhluk hidup.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa alam semesta dihuni oleh beragam makhluk hidup. Agar lebih mudah mengenali beragam makhluk hidup, kita perlu melakukan klasifi kasi makhluk hidup. Bagaimana cara klasifi kasi makhluk hidup? Perhatikan uraian berikut.
1. Tujuan dan Manfaat Klasifi kasi Makhluk Hidup
Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifi kasi. Dengan klasifi kasi, kita dapat me ngenal sifat suatu spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya. Contohnya kita dapat mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata). Kemudian, kelompok hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfi bi), kelompok hewan melata (Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap (Aves). Kelompok- kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat. Kelompok ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut seba gai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip. Perhatikan Gambar 6.26. Kegiatan mengklasifi kasikan makhluk hidup sangat bermanfaat
bagi manusia. Dengan klasifi kasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui
hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
2. Proses dan Hasil Klasifi kasi Makhluk Hidup
Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.
Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut. Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifi kasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifi sial, system alamiah, dan sistem fi logeni. Masing-masing sistem klasifi kasi tersebut memiliki dasar pengelompokkan tertentu. Pada sistem artifi sial (buatan), klasifi kasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi (terutama pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Th eopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Pada sistem alamiah, hasil klasifi kasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal. Sedangkan sistem fi logeni merupakan klasifi kasi yang mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifi kasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 6.27. Pada tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuh an (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh nutrisi. Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya de ngan menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan kelompok organisme yang memakan
organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain. Sistem empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga dikemukakan oleh Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifi kasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik).
Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.Pada tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof ). Ke depan sistem klasifi kasi akan semakin berkembang sehubungan dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi






Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Keanekaranagaman berikut yang bukan merupakan macam-macam keanekargaman hayati, yaitu
a. keanekaragaman hayati tingkat gen
b. keanekaragaman hayati tingkat spesies
c. keanekaragaman hayati tingkat jenis
d. keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
e. keanekaragaman hayati tingkat kingdom
2. Adanya tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, dan delanggu merupakan keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen                           d. ekosistem
b. jenis                                     e. kingdom
c. spesies
3. Walaupun tanaman tomat berada dalam genus yang sama dengan tanaman terong, tetapi keduanya mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen                           d. ekosistem
b. jenis                                     e. kingdom
c. spesies
4. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem dapat diketahui dari penampilan ….
a. komunitasnya
b. struktur biotiknya
c. keanekaragaman jenisnya
d. komunitas, struktur biotik, dan keanekaragaman jenisnya
e. strukur abiotiknya
5. Faktor yang mendukung tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia adalah ….
a. iklim tropis
b. daerah biografi nya termasuk oriental
c. secara geografi s merupakan pertemuan sirkum Pasifi k dan Mediterania
d. iklim dan letak geografi snya
e. iklimnya subtropis
6. Salah satu tumbuhan endemik yang ada diPulau Sumatera adalah ….
a. Calamus caesius                  c. Swietenia mahagoni
b. Rafl esia arnoldii                 e. Salaca edulis
d. Shorea spp.
7. Berikut ini yang bukan merupakan hewanhewan oriental adalah ….
a. gajah                                    d. kera bekantan
b. tapir                                                 e. anoa
c. orang utan
8. Berikut ini berbagai manfaat keanekaragaman hayati:
I. Sumber karbohidrat
II. Bahan bangunan
III. Sumber oksigen
IV. Tanaman hias
V. Perabot rumah tangga
Yang termasuk kebutuhan primer adalah ....
a. I, II, III                                 d. III, IV, V
b. I, III, V                                e. II, IV, V
c. II, III, IV
9. Beberapa kegiatan manusia yang merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati adalah ....
a. pengambilan bahan obat      d. penggunaan predator alami
b. fragmentasi hutan                e. pertanian organik
c. reboisasi
10. Tindakan manusia yang dapat meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati adalah
a. pengendalian hama dengan insektisida dosis tinggi
b. mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi
c. sistem ladang berpindah
d. pengendalian hama dengan hewan predator
e. penangkapan ikan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam air
11. Indonesia memiliki taman nasional dalam jumlah yang cukup banyak. Tujuan diadakannya taman nasional tersebut adalah .…
a. perlindungan keanekaragaman hayati in situ
b. dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri ekosistemnya
c. sebagai laboratorium alami dan sarana pendidikan
d. perlindungan keanekaragaman hayati,sarana rekreasi, penelitian, dan pendidikan tanpa mengubah ciri-ciri  
    ekosistemnya
e. hanya untuk kepentingan ekonomi semata atau pemasukan kas negara
12. Perlindungan terhadap suku Asmat di Irian
jaya termasuk perlindungan alam ….
a. geologi                     d. zoologi
b. antropologi             e. geografi
c. botani
13. Di antara beberapa Taman Nasional berikut, yang terletak di pulau Sulawesi adalah
a. Taman Nasional Gunung Leuser
b. Taman Nasional Lorelindu
c. Taman Nasional Komodo
d. Taman Nasional Baluran
e. Taman Nasional Manusela Wainua
14. Makhluk hidup diklasifi kasikan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi. Pengelompokan ini termasuk dalam system ….
a. artifi sial                   d. fi logeni
b. alamiah                    e. fi lologi
c. buatan
15. Nama latin kucing adalah Felix domistica. Kata domestica menunjukkan nama ….
a. genus                       d. familia
b. spesies                     e. penunjuk
c. ordo spesies


Keanekaragaman hayati
·   Keanekaragaman hayati pada tingkat:
1.   Gen
2.   Jenis
3.   Ekosistem

 Pembagian daerah flora Indonesia menurut Dr. sampurna Kadarsan
 Pembagian daerah fauna Indonesia menurut  Walece dan Weber
  Berbagai tipe bioma yang ada di Indonesia meliputi:
1.Hutan hujan tropis
2.Hutan musim
3.Sabana
4.stepa
  Berbagai peranan keanekaragaman hayati bagi manusia
  Konservasi (perlindungan) keanekaragaman hayati meliputi:
1.In-situ
2.E-situ
Dunia Tumbuhan (Plantae)
Ciri umum Dunia Tumbuhan
·   Klasifikasi tumbuhan
·   Divisi tumbuhan lumut (Bryophyta) meliputi:
1.        Ciri-ciri umum Bryophyta
2.        Klasifikasi Bryophyta
3.        Struktur tubuh Bryophyta
4.        Siklus hidup Bryophyta
5.        Peranan Bryophyta
·   Divisi tumbuhan paku (Pteridophyta) meliputi:
1.        Ciri umum tumbuhan paku
2.        Klasifikasi tumbuhan paku
3.        Struktur tubuh tumbuhan paku
4.        Siklus hidup tumbuhan paku
5.        Peranan tumbuhan paku
·   Divisi bagi manusia tumbuhan berbiji (Spermatophyta) meliputi:
1. Ciri umum tumbuhan berbiji
     2. Klosifikasi tumbuh berbiji
     3. Struktur tubuh (akar, batang, daun, dan bunga) tumbuhan berbiji
     4. Peranan tumbuhan berbiji bagi manusia

·   Filum Dunia Hewan (Animalia)
1.    Ciri umum dunia hewan
2.    Dasar klasifikasi dunia hewan
3.        Klasifikasi dunia hewan
4.        Peranannya bagi kehidupan




EKOSISTEM

·   Pengertian ekologi sebagai ilmu
·   Ekosistem dan komponen penyusunnya
·   Pengelompokan komponen biotik berdasarkan fugsinya
·   Tingkat organisasi komponen biotik dalam  ekosistem
·   Berbagai interaksi dalam ekosistem
·   Rantai makanan, jaring-jaring makanan, dan piramida ekologi
·   Aliran energi dan siklus materi dalam ekosistem
·   Daur biogeokimia


·   Keseimbangan lingkungan
·   Aktivitas manusia dan dampaknya terhadap lingkungan
·   Beberapa bahan pencemar dan dampaknya
·   Upaya pencegahan pencemaran lingkungan

·   Penanganan limbah dengan cara daur ulang

·   Berbagai produk daur ulang limbah
















































KEANEKARAGAMAN HAYATI

Ada beraneka ragam makhluk hidup di sekitar kita. Kalian mengenal berbagai kelompok makhluk hidup (mikroorganisme, protista, jamur, tumbuhan, dan hewan) yang masing-masing memiliki jenis dengan sifat yang beraneka ragam. Tapi apakah kalian tahu, bahwa dalam satu jenis makhluk hidup kalian masih menemukan adanya keanekaragaman? Pohon mangga misalnya, ada beragam jenis pohon mangga yang kita kenal, misalnya mangga arum manis, manalagi, dan sebagainya. Bagaimana keane karagaman tersebut terjadi? Bagaimana cara mengenal organisme yang ber aneka ragam tersebut? Kalian akan mengetahui jawabannya dalam uraian bab ini.

A. Konsep Keanekaragaman Hayati
Semua makhluk hidup memiliki beberapa sifat yang sama sehingga mereka dikatakan hidup. Kesamaan sifat makhluk hidup tersebut adalah bernapas, memerlukan makanan, mengeluarkan zat sisa, berge rak, tumbuh, berkembang biak, beradaptasi, dan memiliki bahan
genetik. Selain kesamaan (keberagaman) tersebut, berbagai makhluk hidup juga memiliki perbedaan (beraneka ragam). Ketika kalian mengamati berbagai jenis makhluk hidup (manusia, hewan, tumbuhan, protista, fungi, virus, maupun organisme prokariotik), kalian akan menemukan adanya sifat-sifat yang beraneka ragam. Keanekaragaman tersebut tidak hanya terdapat antarkelompok atau antarjenis, tetapi juga antarindividu dalam satu spesies. Pada
ayam, misalnya, kita mengenal berbagai jenis ayam, yaitu ayam kampung, ayam kate, dan ayam hutan. Ketiga jenis ayam tersebut memiliki perbedaan tertentu. Selain itu, di antara individu dari jenis ayam yang sama, ayam kampung misalnya, juga memiliki beberapa sifat yang tidak sama, mungkin bulunya ada yang berwarna polos dan ada pula yang berbintik-bintik (blorok). Ini menunjukkan bahwa tidak ada makhluk hidup yang sama persis, bahkan anak kembar pun antara satu dengan yang lain memiliki ciri tertentu yang membedakannya. Sifat-sifat tersebut menunjukkan adanya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati adalah keanekaragaman pada makhluk hidup yang menunjukkan adanya variasi bentuk, penampilan, ukuran, serta ciri-ciri lainnya. Keanekaragaman hayati disebut juga biodiversitas (biodiversity), meliputi keseluruhan berbagai variasi yang terdapat pada tingkat gen, jenis, dan ekosistem di suatu daerah. Keanekaragaman ini terjadi karena adanya pengaruh faktor genetik dan faktor lingkungan yang memengaruhi fenotip (ekspresi gen).

1. Keanekaragaman Gen
Setiap makhluk hidup tersusun atas sel, dan di dalam sel tersebut terdapat gen. Gen merupakan substansi yang berfungsi membawa sifat. Sifat yang dimiliki oleh induk jantan dan betina dibawa oleh gen untuk diwariskan kepada keturunannya. Gen terdapat dalam Kromosom yang berada dalam inti sel. Wujud gen berupa potongan atau segmen dari rantai terpilin (ADN). Setiap individu memiliki susunan gen yang khas, meskipun jumlah gennya sama.
Keanekaragaman gen menunjukkan adanya variasi susunan gen pada individu-individu sejenis. Gen-gen tersebut mengekspresikan berbagai variasi dari satu jenis makhluk hidup, seperti tampilan pada warna mahkota bunga, ukuran daun, tinggi pohon, dan sebagainya.
Contohnya kita amati pada tanaman padi dan rambutan. Tanaman rambutan memiliki empat varietas yang berbeda, yaitu varietas aceh, varietas rafi a, varietas jakarta, dan varietas lampung. Demikian juga pada tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, delanggu, dan bumiayu. Contoh lain adalah variasi warna pada bunga tembelekan (Gambar 6.1). Meskipun jenisnya sama-sama bunga tembelekan, tetapi warna bunganya bermacam-macam. Ada yang putih, ungu, maupun kuning. Munculnya variasi warna tersebut di kendalikan
oleh gen.


2. Keanekaragaman Jenis
Keanekaragaman hayati tingkat jenis menunjukkan keanekaragaman atau variasi yang terdapat pada berbagai jenis atau spesies makhluk hidup dalam genus yang sama. Pada berbagai spesies tersebut terdapat perbedaan-perbedaan sifat. Contohnya adalah tumbuhan ketela rambat (Ipomoea batatas) dan tumbuhan krangkungan (Ipomoea crassicaulis). Meskipun berada dalam genus yang sama, yaitu Ipomoea, kedua tumbuhan tersebut memiliki sifat-sifat yang berbeda. Ketela rambat tumbuh merambat atau menjalar sedangkan krangkungan tumbuh tegak. Contoh lain adalah pada genus Ficus, misalnya antara Pergilah ke perpustakaan sekolah atau akseslah internet, lalu carilah informasi mengenai keanekaragaman gen pada manusia. Pada sifat-sifat manakah variasi itu terjadi dan apakah sifat-sifat tersebut bisa berubah? Diskusikan dengan teman sebangku kalian dan tuliskan hasilnya pada 2 lembar kertas HVS.

     

Gambar 6.1 Variasi warna pada bunga tembelekan (a) putih (b) ungu (c) kuning

 
Gambar 6.2 Keanekaragaman jenis pada genus Ficus (a) Ficus benjamina (b) Ficus ribes

Gambar 6.2. Keanekaragaman sifat-sifat tersebut digunakan untuk menentukan kedudukan tumbuhan-tumbuhan tersebut dalam takson atau kategori taksonomi.

3. Keanekaragaman Ekosistem
Dalam aktivitas kehidupannya makhluk hidup selalu berinteraksi dan bergantung pada lingkungan sekitarnya. Ketergantungan ini berkaitan dengan kebutuhan akan oksigen, cahaya matahari, air, tanah, cuaca, dan faktor abiotik lainnya. Komponen abiotik yang berbeda menyebabkan adanya perbedaan cara adaptasi berbagai jenis makhluk hidup (komponen biotik). Hal ini menunjukkan adanya keaneka ragaman ekosistem. Keanekaragaman ekosistem merupakan keanekaragaman suatu komunitas yang terdiri dari hewan, tumbuhan, dan mikroorganisme di suatu habitat. Misalnya, hutan hujan, hutan gugur, hutan tropis, padang rumput, padang lumut, ladang, danau, dan sebagainya. Perhatikan Gambar 6.3.

    

Gambar 6.3 Contoh keanekaragaman ekosistem (a) hutan (b) padang rumput (c) danau

Pada lingkungan lain, kita dapat mengamati bahwa ikan yang hidup di sungai yang mengalir deras berbeda dengan ikan yang hidup di air yang tenang. Demikian juga ganggang yang berada di perairan deras berbeda dengan ganggang yang hidup di perairan tenang. Hal ini menggambarkan bahwa sungai aliran deras membentuk ekosistem yang berbeda dengan sungai tergenang.

B. Keanekaragaman Hayati di Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang terletak di daerah tropis. Berada di antara dua benua, Asia dan Australia, merupakan negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Indonesia juga dikenal sebagai salah satu negara megabiodiversitas di dunia, karena memiliki keanekaragaman jenis hayati yang tinggi. Indonesia merupakan pusat keanekaragaman hayati yang kedua terbesar di dunia, yakni setelah Brazil. Hutan hujan tropis kita kaya akan fl ora dan fauna serta memiliki tingkat endemisme yang tinggi. Begitu pula dengan kekayaan terumbu karang di laut Indonesia yang merupakan pusat keanekaragaman yang tertinggi di dunia. Perkiraan jumlah spesies utama yang ada di Indonesia dapat kalian lihat pada Tabel 6.1, mencakup mulai dari berbagai jenis mikrorganisme sampai mammalia.

Tabel 6.1 Perkiraan Jumlah Spesies Utama di Indonesia
Kelompok                                          Indonesia      Dunia
Bakteri, ganggang hijau-biru                   300               4.700
Jamur                                                 12.000             47.000
Rumput laut                                         1.800              21.000
Lumut                                                   1.500              16.000
Paku-pakuan                                       1.250              13.000
Tanaman berbunga                           25.000            250.000
Serangga                                         250.000            750.000
Moluska                                             20.000              50.000
Ikan                                                      8.500              19.000
Amfi bia                                                1.000                4.200
Reptilia                                                 2.000                6.300
Burung                                                 1.500                9.200
Mammalia                                              500                 4.170
Tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia didukung oleh beberapa hal. Wilayah Indonesia terletak pada dua kawasan biogeografi ,yaitu Oriental dan Australia, sehingga Indonesia memiliki sebagian kekayaan jenis hayati Asia dan sebagian jenis hayati Australia sebagai modal keanekaragaman jenis yang dimiliki. Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki berbagai tipe topografi yang dapat berfungsi sebagai penghalang perpindahan anggota berbagai jenis hayati atau memiliki faktor alam yang khas sehingga memungkinkan terbentuknya anak jenis serta jenis baru dari modal jenis yang telah ada. Indonesia terletak di daerah tropik yang merupakan salah satu sasaran migrasi satwa dari belahan bumi utara serta belahan bumi selatan sehingga Indonesia mendapat tambahan kekayaan jenis hayati dari perilaku migrasi.
Wilayah Indonesia yang terdiri dari beribu-ribu pulau dibagi menjadi 3 wilayah utama, yaitu Indonesia bagian barat, tengah, dan timur. Masing-masing wilayah tersebut memiliki berbagai jenis makhluk hidup dengan persebaran yang khas. Misalnya, hutan di Kalimantan memiliki jenis tumbuhan yang paling banyak dibandingkan hutanhutan di daerah lainnya. Dengan demikian, kalian bisa menemukan jenis tumbuhan tertentu yang tidak kalian temukan di luar Kalimantan. Sedangkan hutan-hutan di Jawa, Sunda, Sulawesi, dan Maluku merupakan daerah yang memiliki tumbuhan lebih sedikit dibandingkan dengan hutan di Kalimantan.
1. Persebaran Tumbuhan
Hutan hujan tropis di Indonesia kaya akan berbagai jenis tumbuhan. Tumbuhan di Indonesia tergolong tumbuhan Malesiana. Tumbuhan Malesiana merupakan jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di beberapa daerah, yaitu di Sumatra, Kalimantan, dan Filipina bagian utara. Contoh tumbuhan tersebut adalah meranti, palem, dan salak. Terdapat pula tumbuhan khas Malesiana yang menarik, yaitu Raffl esia arnoldii. Tumbuhan yang juga dikenal dengan sebutan bunga bangkai ini hanya bisa ditemukan di Aceh dan Bengkulu, jadi sifatnya endemis. Perhatikan gambar 6.4.
Selain Raffl esia arnoldii di Sumatra, tanaman endemik juga ditemukan di Papua, yaitu ratu sulur (Strong Ylodon). Papua juga memiliki pohon yang khas yang disebut matoa (Pometia pinnata). Perhatikan Gambar 6.5. Bentuk buah matoa seperti kelengkeng, tetapi lebih besar dan buahnya membentuk rangkaian seperti anggur, berkulit tipis, dan kuat.
Berbagai daerah lain di Indonesia juga memiliki jenis tumbuhan yang khas. Kelompok meranti (Shorea spp.) dan rotan (Calamus caesius) merupakan jenis yang khas dari hutan di Kalimantan. Sedangkan pohon jati (Tectona grandis), mahoni (Swietenia mahagoni), dan Kenari (Canarium commune) banyak ditemukan di Pulau Jawa. Contoh lain adalah salak (Salacca edulis) yang banyak tumbuh di Yogyakarta, Bali, dan Banjarnegara, serta durian (Durio zibethinus) yang banyak tumbuh di Pulau Jawa dan Sumatra. Perhatikan Gambar 6.6.

        

Gambar 6.6 Beberapa jenis tanaman khas Indonesia (a) mahoni (b) meranti (c) salak


2. Persebaran Hewan
Secara geografi s, wilayah Indonesia dilewati Garis Wallace dan Garis Weber. Garis-garis khayal tersebut menunjukkan adanya per- bedaan persebaran hewan (fauna) di Indonesia. Untuk lebih memahaminya, perhatikan gambar 6.7.

Gambar 6.7 Pembagian daerah biogeografi Indonesia oleh Garis Wallace dan Weber

Garis Wallace dan Weber membagi wilayah Indonesia menjadi 3 bagian, yaitu daerah di sebelah barat Garis Wallace, daerah di sebelah timur Garis Weber, dan daerah di antara keduanya. Masing-masing daerah tersebut memiliki berbagai jenis hewan yang khas. Daerah di sebelah barat garis Wallace meliputi Pulau Sumatera, Jawa, dan Kalimantan memiliki berbagai jenis fauna Oriental (Asiatis). Jenis-jenis fauna tersebut adalah gajah, tapir, badak bercula satu, harimau Sumatera, orang utan, kera bekantan, dan beruang madu. Perhatikan Gambar 6.8. Tipe fauna Oriental dicirikan dengan hewan menyusui yang berukuran besar, berbagai macam kera, dan ikan air tawar.

  

Gambar 6.8 Berbagai jenis fauna Oriental (a) orang utan (b) harimau (c) badak

Di wilayah sebelah timur Garis Weber hidup fauna Australian yaitu berbagai jenis burung dengan warna bulu yang menyolok, misalnya kasuari, cendrawasih, nuri, dan parkit. Ada pula merpati berjambul dan beberapa jenis hewan berkantung, misalnya kanguru pohon. Jenis fauna yang lain adalah komodo, babirusa, dan kuskus. Gambar 6.9 menunjukkan berbagai jenis hewan tersebut.

    

Gambar 6.9 Berbagai jenis fauna Australian (a) babirusa (b) kuskus (c) cenderawasih

Daerah di antara dua Garis Wallace dan Weber merupakan zona peralihan atau wilayah Wallacea. Semakin ke timur dari Garis Wallace, jumlah fauna oriental semakin berkurang. Sebaliknya, semakin ke barat dari Garis Weber, fauna Australian semakin berkurang. Dengan demikian, marsupialia dapat ditemukan di daerah Wallacea dan burung pelatuk oriental juga dapat dijumpai di sebelah timur Wallacea . Sementara itu, hewan-hewan oriental misalnya burung hantu, bajing, dan babi melintasi Garis Wallace sampai ke Sulawesi. Hewan Australian yang lain misalnya anoa, maleo, dan tarsius. Perhatikan Gambar 6.10.

 
Gambar 6.10 Berbagai jenis fauna peralihan (a) tarsius (b) anoa

Kalau dicermati, fauna yang ada di Bali berbeda jauh dengan fauna yang ada di Lombok, walaupun kedua pulau tersebut hanya dipisahkan oleh selat yang hanya berjarak sekitar 30 km. Di Bali ditemukan hewan oriental bajing dan harimau, tetapi hewan ini tidak menyebar ke Lombok. Sedangkan di Lombok ditemukan burung pemakan madu yang tidak ditemukan di Bali (fauna Australian). Contoh lainnya yaitu di Sulawesi ditemukan hewan Australian Oposom dan burung kakak tua (fauna Australian), namun kedua hewan tersebut tidak ditemukan di Kalimantan. Terlepas dari tipe asiatis, tipe australian, maupun peralihan, beberapa hewan tersebut adalah hewan-hewan khas Indonesia. Beberapa jenis asli Indonesia yang saat ini terancam punah adalah orang utan (endemik di Sumatra dan Kalimantan), komodo (endemik di Pulau Komodo), badak bercula satu (endemik di Ujung Kulon, Jawa Barat), dan anoa (endemik di Sulawesi).

C. Pemanfaatan Keanekaragaman Hayati dan Permasalahannya
Tingginya keanekaragaman hayati yang ada di Indonesia sangat menguntungkan karena memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Dalam usaha mengambil manfaat tersebut, aktivitas manusia seringkali menimbulkan permasalahan yang mengancam kelestarian hayati. Sebagai konsekuensinya, berbagai upaya pelestarian perlu dilakukan.

1. Manfaat Keanekaragaman Hayati
Pemanfaatan keanekaragaman hayati telah dilakukan oleh masyarakat selama berabad-abad berdasarkan berbagai sistem pengetahuan yang berkembang. Misalnya masyarakat Indonesia telah menggunakan lebih dari 6.000 spesies tanaman berbunga (liar maupun yang dibudidayakan) untuk memenuhi kebutuhan akan sandang, pangan, papan, dan obat-obatan. Mereka mengetahuai pola tanam tumpangsari untuk mengendalikan hama. Pengetahuan tradisional tentang keanekaragaman hayati tercermin dari pola pemanfaatan sumber daya hayati, pola pertanian tradisional, serta pelestarian alam yang masih hidup pada banyak kelompok masyarakat di Indonesia. Pada Tabel 6.2 dapat dilihat banyaknya spesies tanaman yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Indonesia.

Tabel 6.2 Jumlah Spesies Tanaman yang Dimanfaatkan Masyarakat Indonesia

100 spesies tanaman biji-bijian, ubi-ubian, sagu, penghasil
tepung dan gula                                                                                                  Sumber karbohidrat
100 spesies tanaman kacang-kacangan                                                       Sumber protein dan lemak
450 spesies tanaman buah-buahan                                                                               Sumber vitamin dan mineral
250 spesies tanaman sayur-sayuran                                                              Sumber vitamin dan mineral
70 spesies tanaman                                                                                           Bumbu dan rempah-rempah
40 spesies tanaman                                                                                           Bahan minuman
56 spesies bambu dan 100 spesies tanaman berkayu                                              Bahan bangunan
150 spesies rotan                                                                                                Perabot rumah tangga
1.000 spesies tanaman                                                                                     Tanaman hias
940 spesies tanaman                                                                                         Bahan obat tradisional

Selain tumbuhan, pengetahuan masyarakat juga mencakup sumber daya hayati laut dan hewan daratan. Masyarakat nelayan memanfaatkan hamper semua produk laut untuk keperluan pangan, peralatan, dan obat-obatan tradisional. Masyarakat juga juga telah memanfaatkan jasad renik (mikroorganisme) untuk penghasil antibiotik dan untuk fermentasi dalam pembuatan tempe, oncom, peuyeum, minuman, kecap, dan terasi. Berdasarkan tingkatan prioritasnya, kebutuhan manusia terhadap keanekaragaman hayati dibedakan menjadi dua, yaitu kebutuhan primer dan kebutuhan sekunder. Kebutuhan primer adalah kebutuhan yang sifatnya mutlak untuk dipenuhi, meliputi sumber bahan pangan, rumah (tempat tinggal), pakaian, dan oksigen.
Sedangkan kebutuhan sekunder merupakan kebutuhan yang sifatnya tambahan. Kebutuhan primer yang utama adalah makanan. Kebutuhan manusia terhadap makanan bergantung dari tumbuhan dan hewan yang ada di lingkungan sekitar. Sumber bahan pangan tersebut berasal dari tanaman serealia (biji-bijian seperti padi, jagung, gandum), daging, telur, dan susu yang diambil dari peternakan. Perhatikan kembali Tabel 6.2 dan Gambar 6.11. Selain pangan, manusia membutuhkan rumah sebagai tempat berlindung dari panas dan hujan (Gambar 6.12). Rumah tersebut

2. Ancaman terhadap Keanekaragaman Hayati
Tingginya keanekargaman hayati yang dimiliki Indonesia memang dinilai sangat menguntungkan karena banyak di antara jenis hayati yang ada memiliki manfaat sebagai bahan obat, bahan bangunan, bahan dasar industri, maupun bahan-bahan lain yang sangat diperlukan baik oleh Indonesia sendiri maupun oleh negara lain. Jenis-jenis lain yang secara langsung tidak atau kurang bermanfaat bagi kehidupan manusia pun ternyata sangat penting untuk mendukung kehidupan jenis hayati yang diperlukan oleh manusia. Keanekaragaman hayati yang tinggi juga menyebabkan banyak di antara jenis hayati Indonesia memiliki populasi yang kecil atau daerah sebarannya sangat terbatas (endemis) sehingga menjadi rawan punah. Selain itu terdapat pula jenis pemangsa puncak, jenis megaherbivora, jenis-jenis yang berbiak dalam kelompok, dan jenis-jenis yang melakukan migrasi.
Berbagai kegiatan manusia juga menyebabkan beberapa kelompok hayati menjadi rawan mengalami kepunahan. Kegiatan tersebut berupa pemanfaatan secara besar-besaran sampai melampaui daya reproduksinya. Kegiatan lain adalah penebangan kayu yang menyebabkan terjadinya fragmentasi hutan. Sehingga jenis-jenis hayati yang hanya dapat hidup di tengah rimba tidak dapat bertahan hidup karena kehilangan habitat. Contohnya adalah orang utan (Pongo pygmeaus). Orang utan merupakan primata arboreal, yaitu jenis kera besar yang habitatnya adalah pepohonan dengan kanopi yang lebat. Akibat fragmentasi habitat, orang utan terpaksa tidak lagi hidup di kanopi hutan, tetapi tergusur dari habitat aslinya dan hidup di permukaan tanah yang sangat kurang akan bahan makanan. Kakinya yang tidak dirancang untuk berjalan pun terpaksa digunakannya untuk menapak di lantai hutan. Perhatikan Gambar 6.14.
Upaya manusia dalam memanfaatkan keanekaragaman hayati seringkali menimbulkan ancaman karena manusia dalam upaya meningkatkan kesejahteraan hidupnya, terkadang melakukan hal-hal yang tidak terkendali. Tindakan eksploitasi alam dengan tidak memikirkan akibat negatifnya menjadi ancaman bagi berbagai jenis hayati yang ada. Di bidang pertanian, manusia seringklali Menggunakan insektisida dan pestisida secara berlebihan. Penggunaan insektisida memang dapat meningkatkan produksi pertanian, asalkan dalam dosis dapat. Tetapi, jika dosisnya berlebihan akan menyebabkan rusaknya keanekaragaman hayati karena ikut meracuni organisme nontarget. Selain pertanian, penebangan liar juga menyebabkan ekosistem hutan terganggu. Perhatikan Gambar 6.15. Akibatnya berpotensi menimbulkan berbagai bencana, seperti banjir dan tanag longsor. Begitu pula dengan usaha mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi. Selain itu, sistem ladang berpindah yang dilakukan oleh penduduk local juga dapat merusak tanaman, hewan, dan struktur tanah. Perburuan liar juga merupakan ancaman serius bagi keanekaragaman hayati. Sebagaimana kita ketahui bersama, bahwa hutan merupakan habitat yang nyaman bagi beberapa hewan dan tumbuhan tertentu. Tetapi jika manusia melakukan perburuan liar, maka berbagai jenis hewan akan mati. Apabila kegiatan berburu tersebut berlangsung terus menerus maka hewan-hewan yag diburu tersebut akan semakin berkurang populasinya sehinga terancam punah. Sayangnya kegitan berburu ini justru seringkali dilakukan hanya sebagai hobi atau sarana olah raga, daripada untuk memenuhi kebutuhan akan pangan. Tidak heran bila kita sering melihat orang-orang yang memiliki tingkat penghasilan yang tinggi memiliki hobi yang membunuh ini. Mereka dengan bangga memamerkan hasil buruannya tanpa merasa bersalah telah membunuh berbagai hewan yang tidak berdosa. Perhatikan Gambar 6.16.

Di ekosistem perairan, penangkapan ikan dengan alat-alat modern juga merupakan ancaman bagi keanaekaragaman hayati. Para nelayan yang tidak sabar menggunakan kail atau jaring memilih menangkap ikan dengan menyetrum atau menggunakan bahan kimia dan bahan peledak. Memang ikan yang tertangkap lebih banyak, tetapi cara ini mengganggu ekosistem karena ikan-ikan yang masih kecil juga akan ikut mati.

3. Upaya Pelestarian Keanekaragaman Hayati
Untuk mengatasi berbagai kerusakan yang mengancam ekosistem dan keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya, manusia melakukan berbagai tindakan. Tindakan tersebut meliputi penebangan hutan dengan terencana, reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator, dan berbagai usaha pelestarian lainnya. Penebangan hutan yang dilakukan dengan terencana (system tebang pilih) akan dapat mengurangi resiko bencana alam akibat penebangan liar. Penebangan tersebut kemudian diikuti dengan reboisasi atau penanaman kembali. Reboisasi merupakan suatu cara untuk melestarikan keanekaragaman hayati dengan menanam kembali berbagai jenis pohon. Perhatikan Gambar 6.17. Dengan demikian, beberapa jenis tumbuhan tidak akan punah, meskipun  pertumbuhannya memerlukan waktu yang lama. Selain reboisasi, pengendalian hama dengan hewan predator juga merupakan solusi menjaga kelestarian hayati. Pengendalian hama de ngan hewan predator lebih aman jika dibandingkan dengan penggunaan pestisida dan insektisida., karena tidak menggangu keseimbangan ekosistem.
Untuk mendukung kelestarian berbagai jenis hayati, dilakukan berbagai usaha pelestarian hewan dan tanaman. Kegiatan ini dapat dilaksanakan dengan dua cara, yaitu secara in situ dan secara ex situ. Pelestarian secara in situ adalah pelestarian jenis-jenis hayati di dalam habitat aslinya. Contohnya adalah dengan mendirikan cagar alam. Sedangkan secara ex situ pelestarian tersebut dilakukan di luar habitatnya, misalnya dengan penangkaran. Dengan penangkaran ini, berbagai jenis hewan yang sulit berkembang biak di habitat aslinya akan dibantu untuk berkembangbiak. Contohnya adalah penangkaran harimau di kebun binatang Ragunan. Perhatikan Gambar 6.18. Nah teman-teman, untuk menambah wawasan kalian tentang kegiatan manusia yang berpengaruh terhadap keanekaragaman hayati, lakukan kegiatan berikut.

a. Perlindungan Alam Umum
Perlindungan alam umum merupakan perlindungan terhadap fl ora, fauna, dan tanahnya. Perlindungan alam umum dibagi menjadi tiga, yaitu perlindungan alam ketat, perlindungan alam terbimbing, dan taman nasional.
Perlindungan alam ketat adalah perlindungan alam tanpa campur tangan manusia, kecuali apabila dipandang perlu. Jadi, dalam perlin dungan ini, alam dibiarkan berkembang dengan sendirinya. Tujuan perlindungan ini untuk penelitian ilmiah. Contohnya adalah cagar alam Ujung Kulon (Gambar 6.19) sedangkan perlindungan alam terbimbing adalah perlindungan alam oleh para ahli. Contohnya adalah Kebun Raya Bogor (Gambar 6.20). Kedua perlindungan alam tersebut biasanya berupa areal atau wilayah yang relatif sempit.
Berbeda dengan perlindungan alam, taman nasional (national park) merupakan perlindungan terhadap keadaan alam yang meliputi daerah yang sangat luas, di mana tidak diperbolehkan dibangun rumah tinggal atau untuk kepentingan industri. Namun demikian, taman nasional
dapat difungsikan sebagai tempat rekreasi dan wisata, asalkan tidak mengubah keseimbangan ekosistem. Contohnya adalah Taman Safari Bogor (Gambar 6.21). Berdasarkan hasil konggres internasional pada tahun 1982, ditetapkan enam belas Taman Nasional (T.N.) di Indonesia. Keenambelas taman nasional tersebut adalah:
1. T. N. Kerinci (Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu) 1.485.000 hektar.
2. T. N. Gunung Leuser (Sumatera Utara, Aceh) 793 hektar.
3. T. N. Barisan Selatan (Lampung, Bengkulu) 365.000 hektar.
4. T. N. Tanjung Puting (Kalimantan Tengah) 355.000 hektar.
5. T. N. Drumoga Bone (Sulawesi Utara) 300.000 hektar.
6. T. N. Lorelindu (Sulawesi Tengah) 231.000 hektar.
7. T. N. Kutai (Kalimantan Timur) 200.000 hektar.
8. T. N. Manusela Wainua (Maluku) 189.000 hektar.
9. T. N. Kepulauan Seribu (DKI Jakarta) 108.000 hektar.
10. T. N. Ujung Kulon (Jawa Barat) 79.000 hektar.
11. T. N. Besakih (Bali) 78.000 hektar.
12. T. N. Pulau Komodo (Nusa Tenggara Barat) 75.000 hektar.
13. T. N. Bromo, Tengger, Semeru (Jawa Timur) 58.000 hektar.
14. T. N. Meru Betiri (Jawa Timur) 50.000 hektar.
15. T. N. Baluran (Jawa Timur) 25.000 hektar.
16. T. N. Gunung Gede, Pangrango (Jawa Barat) 15 hektar.

Berbagai taman nasional tersebut memiliki jenis-jenis hayati yang khas. Contohnya adalah T. N. Pulau Komodo yang melindungi biawak komodo (Varanus komodoensis). Sedangkan T. N. Gunung Gede Pangangro adalah taman nasional yang di bawahnya ada Kebun Raya Cibodas. Perhatikan Gambar 6.22 dan Gambar 6.23. Untuk menjaga keanekaragaman hayati di Indonesia, maka pemerintah melakukan beberapa hal, yaitu menetapkan konservasi lingkungan, meliputi cagar alam, suaka margasatwa, taman nasional, taman wisata alam, taman raya, dan taman perburuan. Tiap-tiap jenis konservasi tersebut memiliki prinsip pengelolaan yang berbeda.
Setiap jenis konservasi memiliki nilai manfaat tertentu. Cagar alam berfungsi sebagai kantung plasma nutfah (penyimpanan gengen tiap jenis makhluk hidup). Hal ini bertujuan untuk mencegah punahnya makhluk hidup. Selain itu, cagar alam juga menjadi habitat (tempat hidup) satwa liar dan tumbuhan, pusat pengaturan system air, tempat pengungsian satwa, tempat penelitian dan pendidikan, dan referensi (pusat rujukan). Sedangkan fungsi utama taman buru, yaitu sebagai tempat pengembangan ekonomi kepariwisataan, pusat pendidikan, tempat perburuan, tempat koleksi tumbuhan dan satwa, dan penunjang devisa daerah dalam hal pemanfaatan jasa lingkungan.
b. Perlindungan Alam dengan Tujuan Tertentu
Perlindungan alam dengan tujuan tertentu merupakan perlin dungan dengan tujuan khusus. Kekhususan tersebut berlatar belakang dari potensi yang ada di kawasan yang bersangkutan. Perhatikan Gambar 6.24 dan 6.25. Macam-macam perlindungan tersebut adalah seba gai berikut.
1) Perlindungan alam geologi
Perlindungan alam geologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi formasi geologi tertentu, misalnya batuan.
2) Perlindungan alam botani
Perlindungan alam botani yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi komunitas tumbuhan tertentu, misalnya Kebun Baya Bogor.
3) Perlindungan alam zoologi
Perlindungan alam zoologi yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi hewan langka dan mengembangkannya dengan cara memasukkan hewan sejenis ke daerah lain, misalnya cagar alam Ujung Kulon.
4) Perlindungan alam antropologi
Perlindungan alam antropologi yaitu per lindungan alam dengan tujuan melindungi suku bangsa terisolir, misal suku Indian di Amerika, suku Asmat di Irian, dan suku Badui di Banten Selatan.
5) Perlindungan pemandangan alam
Perlindungan pemandangan alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi keindahan alam, misalnya lembah sianok di Sumatra barat.
6) Perlindungan monumen alam
Perlindungan monumen alam yaitu perlindungan alam dengan tujuan melindungi benda-benda alam, misalnya stalagtit dan stalagmit dalam gua serta air terjun.
7) Perlindungan suaka margasatwa
Perlindungan suaka margasatwa yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi hewan-hewan yang terancam punah, misalnya badak, gajah, dan harimau Jawa.
8) Perlindungan hutan
Perlindungan hutan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi tanah, air, dan perubahan iklim.
9) Perlindungan ikan
Perlindungan ikan yaitu perlindungan dengan tujuan melindungi ikan yang terancam punah.

D. Klasifikasi Makhluk Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari, kalian sering melakukan pengelompokan terhadap benda-benda tertentu, bukan? Misalnya, kalian mengelompokkan sendok, piring, dan gelas dalam kelompok alat-alat makan. Selain itu, kalian juga mengelompokkan bus, motor, dan mobil dalam kelompok alat-alat transportasi. Pengelompokan alat-alat makan dan transportasi tersebut adalah berdasarkan fungsinya masing-masing. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa setiap pengelompokan pasti didasarkan pada dasar pengelompokan. Begitu pula halnya dengan klasifi kasi makhluk hidup.
Sebagaimana telah kita ketahui bahwa alam semesta dihuni oleh beragam makhluk hidup. Agar lebih mudah mengenali beragam makhluk hidup, kita perlu melakukan klasifi kasi makhluk hidup. Bagaimana cara klasifi kasi makhluk hidup? Perhatikan uraian berikut.
1. Tujuan dan Manfaat Klasifi kasi Makhluk Hidup
Jumlah tumbuhan dan hewan sangat banyak, sehingga tidak mungkin menghafalkannya satu per satu. Oleh karena itu, kita perlu melakukan klasifi kasi. Dengan klasifi kasi, kita dapat me ngenal sifat suatu spesies dengan melihat spesies lain yang merupakan anggota kelompok yang sama atau dengan melihat nama kelompoknya. Contohnya kita dapat mengelompokkan seluruh jenis hewan menjadi dua kelompok besar, yaitu hewan bertulang belakang (vertebrata) dan hewan tidak bertulang belakang (invertebrata). Kemudian, kelompok hewan vertebrata dikelompokkan menjadi kelompok yang lebih kecil lagi, yaitu kelompok ikan (Pisces), kelompok hewan dua alam (Amfi bi), kelompok hewan melata (Reptil), kelompok hewan menyusui (Mammalia), dan kelompok hewan bersayap (Aves). Kelompok- kelompok tersebut dikumpulkan berdasarkan persamaan sifat. Kelompok ikan, misalnya, merupakan kumpulan dari berbagai jenis hewan yang hidup di air dan memiliki kesamaan sifat-sifat tertentu sehingga disebut seba gai ikan. Misalnya mempunyai sisi, bernapas dengan insang, dan berenang dengan sirip. Perhatikan Gambar 6.26. Kegiatan mengklasifi kasikan makhluk hidup sangat bermanfaat
bagi manusia. Dengan klasifi kasi tersebut akan mempermudah kita dalam mempelajari berbagai jenis makhluk hidup yang ada di dunia ini. Manfaat lainnya adalah memudahkan langkah-langkah pelestarian keanekaragaman hayati. Dengan klasifikasi juga bisa diketahui
hubungan kekerabatan spesies satu dengan yang lain.
2. Proses dan Hasil Klasifi kasi Makhluk Hidup
Para ilmuwan melakukan pengelompokan makhluk hidup dengan cara mencari persamaan ciri-ciri yang dimiliki. Makhluk hidup yang memiliki kesamaan ciri (sifat) dikelompokkan dalam satu kelompok atau takson. Misalnya, ayam dan burung dimasukkan dalam satu kelompok karena memiliki ciri yang sama, yaitu berbulu, memiliki paru, dan berkembang biak dengan bertelur.
Sementara itu, hewan yang memiliki perbedaan sifat akan dimasukkan dalam kelompok yang berbeda pula. Misalnya, kita akan mengelompokkan beberapa hewan, yaitu sapi, kerbau, kambing, kucing, itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak. Hewan-hewan tersebut dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok. Kelompok pertama berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berambut. Kelompok ini terdiri dari sapi, kerbau, kambing, dan kucing. Sedangkan kelompok kedua berdasarkan kesamaan ciri tubuhnya yang berbulu. Kelompok ini terdiri dari itik, ayam, angsa, merpati, dan jalak.
Berdasarkan cara pengelompokannya, sistem klasifi kasi makhluk hidup dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sistem artifi sial, system alamiah, dan sistem fi logeni. Masing-masing sistem klasifi kasi tersebut memiliki dasar pengelompokkan tertentu. Pada sistem artifi sial (buatan), klasifi kasikan dilakukan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi (terutama pada alat perkembangbiakan dan habitat makhluk hidup). Contoh sistem klasifikasi ini adalah yang dilakukan oleh Th eopratus dalam bukunya Historia Plantarum. Ia membagi tumbuhan menjadi empat kelompok berdasarkan penampakannya, yaitu pepohonan, perdu, semak, dan gulma. Sistem yang lain dikemukakan oleh Aristoteles dalam bukunya Historia Animalum. Ia mengelompokkan hewan menjadi dua kelompok, yaitu hewan berdarah dan hewan tak berdarah. Tokoh lain yang mengembangkan sistem ini adalah Carolus linneaus.
Pada sistem alamiah, hasil klasifi kasi (takson) terbentuk secara alami, sesuai kehendak alam. Dasar klasifi kasi yang digunakan yaitu banyak sedikitnya persamaan, terutama morfologi. Pelopornya adalah Michael Adanson dan Jean Baptise de Lamarck. Mereka mengelompokkan hewan menjadi empat kelompok, yaitu hewan berkaki empat, hewan berkaki dua, hewan bersirip, dan hewan tidak berkaki. Selanjutnya, hewan berkaki empat dibagi lagi menjadi kelompok hewan berkuku genap dan berkuku gasal. Sedangkan sistem fi logeni merupakan klasifi kasi yang mengacu pada teori evolusi. Teori tersebut menyatakan bahwa spesies yang ada di muka bumi akan mengalami perubahan terus menerus sejalan dengan perubahan lingkungan, sehingga menghasilkan spesies yang berbeda. Organisme baru dilahirkan oleh organisme pendahulunya yang mengalami perubahan (meliputi perubahan susunan gen) yang mengakibatkan perubahan pada sifat organisme tersebut. Proses ini berlangsung lambat dan membutuhkan waktu yang sangat lama. Dengan menggunakan sistem ini, jauh dekatnya hubungan kekerabatan antar antar takson dapat terlihat dengan jelas. Semakin dekat hubungan perkerabatan, semakin banyak persamaannya.
Dalam sejarah perkembangannya, berbagai sistem klasifi kasi pernah dikemukakan oleh para ahli, mulai dari sistem dua kingdom sampai sistem yang sekarang umum dipakai. Perhatikan Gambar 6.27. Pada tahun 1758, Carolus Linnaeus mengusulkan sistem dua kingdom. Ia mengelompokkan makhluk hidup menjadi 2 kingdom (dunia), yaitu Dunia Hewan (Animalia) dan Dunia Tumbuhan (Plantae). Semua organisme yang tidak memiliki dinding sel dan mempunyai kemampuan berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok hewan. Sedangkan organisme yang memiliki dinding sel, mampu melakukan fotosintesis, dan tidak dapat berpindah tempat dimasukkan dalam kelompok tumbuhan.
Menyempurnakan sistem dua kingdom, pada tahun 1866, Ernest Haeckel mengusulkan sistem tiga kingdom. Di dalam sistem ini, makhluk hidup dibagi Dunia Hewan (Animalia), Dunia Tumbuh an (Plantae), dan Dunia Protista. Dunia Protista mencakup bacteria, Protozoa, dan Porifera. Selain Haeckel, sistem tiga kingdom juga diusulkan oleh Antoni Van Leuwenhoek, tetapi kingdom yang ketiga bukan Protista, melainkan Fungi (Dunia Jamur). Leuwenhoek menggunakan dasar pengelompokan berupa cara memperoleh nutrisi. Fungi merupakan kelompok organisme yang memperoleh makanannya de ngan menguraikan dan menyerap media, Plantae merupakan kelompok organisme yang mendapatkan makanan dengan melakukan fotosintesis, dan Animalia merupakan kelompok organisme yang memakan
organisme lain, baik fungi, tumbuhan, maupun hewan lain. Sistem empat kingdom muncul menyusul sistem tiga kingdom, diusulkan oleh Copeland pada tahun 1956. Copeland mengelompokkan makhluk hidup menjadi empat kingdom, yaitu Monera (termasuk bacteria), Protoctista (pengganti nama Protista), Plantae (tumbuhan, termasuk fungi), dan Animalia. Sistem serupa juga dikemukakan oleh Eduard Chatton (1939) yang menggunakan dasar klasifi kasi berupa ada tidaknya membran yang membungkus inti sel (eukariotik dan prokariotik).
Dalam perkembangan selanjutnya, Sistem lima kingdom kemudian muncul mengikuti perkembangan sistem-sistem sebelumnya.Pada tahun 1969, R. H. Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi Monera (memiliki tipe sel prokariotik, meliputi Bakteri dan Cyanobacteria), Protista (organisme eukariotik bersel tunggal, meliputi Protozoa dan Algae), Fungi (eukariotik, multiseluler, mengurai medium dan menyerap makanan), Plantae (eukariotik, multiseluler, dan autotrof karena mampu berfotosintesis, Meliputi Bryophyta, Pteridophyta, dan Spermatophyta), dan Animalia (eukariotik, multiseluler, heterotrof ). Ke depan sistem klasifi kasi akan semakin berkembang sehubungan dengan adanya kemajuan teknologi di bidang biologi, terutama biologi






Pilihlah jawaban yang paling tepat.
1. Keanekaranagaman berikut yang bukan merupakan macam-macam keanekargaman hayati, yaitu
a. keanekaragaman hayati tingkat gen
b. keanekaragaman hayati tingkat spesies
c. keanekaragaman hayati tingkat jenis
d. keanekaragaman hayati tingkat ekosistem
e. keanekaragaman hayati tingkat kingdom
2. Adanya tanaman padi yang terdiri dari varietas IR, PB, rojolele, sedani, dan delanggu merupakan keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen                           d. ekosistem
b. jenis                                     e. kingdom
c. spesies
3. Walaupun tanaman tomat berada dalam genus yang sama dengan tanaman terong, tetapi keduanya mempunyai perbedaan. Hal ini menunjukkan adanya keanekaragaman hayati tingkat ….
a. gen                           d. ekosistem
b. jenis                                     e. kingdom
c. spesies
4. Keanekaragaman hayati tingkat ekosistem dapat diketahui dari penampilan ….
a. komunitasnya
b. struktur biotiknya
c. keanekaragaman jenisnya
d. komunitas, struktur biotik, dan keanekaragaman jenisnya
e. strukur abiotiknya
5. Faktor yang mendukung tingginya keanekaragaman hayati di Indonesia adalah ….
a. iklim tropis
b. daerah biografi nya termasuk oriental
c. secara geografi s merupakan pertemuan sirkum Pasifi k dan Mediterania
d. iklim dan letak geografi snya
e. iklimnya subtropis
6. Salah satu tumbuhan endemik yang ada diPulau Sumatera adalah ….
a. Calamus caesius                  c. Swietenia mahagoni
b. Rafl esia arnoldii                 e. Salaca edulis
d. Shorea spp.
7. Berikut ini yang bukan merupakan hewanhewan oriental adalah ….
a. gajah                                    d. kera bekantan
b. tapir                                                 e. anoa
c. orang utan
8. Berikut ini berbagai manfaat keanekaragaman hayati:
I. Sumber karbohidrat
II. Bahan bangunan
III. Sumber oksigen
IV. Tanaman hias
V. Perabot rumah tangga
Yang termasuk kebutuhan primer adalah ....
a. I, II, III                                 d. III, IV, V
b. I, III, V                                e. II, IV, V
c. II, III, IV
9. Beberapa kegiatan manusia yang merupakan ancaman bagi keanekaragaman hayati adalah ....
a. pengambilan bahan obat      d. penggunaan predator alami
b. fragmentasi hutan                e. pertanian organik
c. reboisasi
10. Tindakan manusia yang dapat meningkatkan kelestarian keanekaragaman hayati adalah
a. pengendalian hama dengan insektisida dosis tinggi
b. mengubah fungsi hutan untuk industrialisasi
c. sistem ladang berpindah
d. pengendalian hama dengan hewan predator
e. penangkapan ikan dengan mengalirkan arus listrik ke dalam air
11. Indonesia memiliki taman nasional dalam jumlah yang cukup banyak. Tujuan diadakannya taman nasional tersebut adalah .…
a. perlindungan keanekaragaman hayati in situ
b. dimanfaatkan untuk rekreasi atau taman wisata tanpa mengubah ciri-ciri ekosistemnya
c. sebagai laboratorium alami dan sarana pendidikan
d. perlindungan keanekaragaman hayati,sarana rekreasi, penelitian, dan pendidikan tanpa mengubah ciri-ciri  
    ekosistemnya
e. hanya untuk kepentingan ekonomi semata atau pemasukan kas negara
12. Perlindungan terhadap suku Asmat di Irian
jaya termasuk perlindungan alam ….
a. geologi                     d. zoologi
b. antropologi             e. geografi
c. botani
13. Di antara beberapa Taman Nasional berikut, yang terletak di pulau Sulawesi adalah
a. Taman Nasional Gunung Leuser
b. Taman Nasional Lorelindu
c. Taman Nasional Komodo
d. Taman Nasional Baluran
e. Taman Nasional Manusela Wainua
14. Makhluk hidup diklasifi kasikan berdasarkan struktur morfologis, anatomi, dan fi siologi. Pengelompokan ini termasuk dalam system ….
a. artifi sial                   d. fi logeni
b. alamiah                    e. fi lologi
c. buatan
15. Nama latin kucing adalah Felix domistica. Kata domestica menunjukkan nama ….
a. genus                       d. familia
b. spesies                     e. penunjuk
c. ordo spesies

Tidak ada komentar:

Posting Komentar