Berbagai jenis makhluk hidup memiliki sebutan atau
nama yang bermacam-macam sesuai dengan daerah
tempat organisme tersebut ditemukan (nama lokal).
Sehingga satu jenis tumbuhan, pisang misalnya,
bisa memiliki nama lokal yang berbeda-beda. Oleh
orang Jawa tanaman pisang disebut gedang. Di Madura
disebut kisang dan di Sunda disebut cau. Orang Belanda
menyebutnya banaan dan dalam bahasa Inggris disebut
banana. Akibat bermacam-macam nama tersebut bisa
membingungkan meskipun pada dasarnya tumbuhan
yang dimaksud adalah sama. Ini menunjukkan bahwa
nama daerah di manapun di dunia ini tidak dapat dipakai
untuk menunjuk dengan tepat suatu spesies.
Oleh karena itu disusunlah tata nama yang mengatur
pemberian nama ilmiah suatu spesies dan tata nama
tersebut berlaku secara internasional. Jadi, ketika kita
menyebut pisang dengan nama ilmiahnya, yaitu Musa
paradisiaca L., maka para biolog di seluruh dunia akan
memahami bahwa spesies yang kita maksud adalah
pisang. Nama ilmiah adalah nama latin atau nama yang
dilatinkan untuk menyebut suatu spesies. Nama ini
berlaku secara internasional dan pemakaiannya
diatur oleh suatu ketentuan atau kode internasional. Tata
nama tumbuhan diatur oleh Kode Internasional Tata
Nama Tumbuhan (International Code of Botanical
Nommenclature) dan tata nama hewan diatur oleh Kode
Internasional Tata Nama Hewan (International Code
of Zoological Nomenclature). Sedangkan untuk organisme
lain, bakteri dan akhea misalnya, selain mengacu pada
kedua kode tersebut juga harus mengacu pada International
Code of Bacterial Nommenclature.
Pemberian nama ilmiah harus dilakukan sesuai tata nama.
Nama ilmiah yang baku adalah yang sesuai dengan sistem
binomial nomenclature. Ilmuwan yang mengenalkan tata
nama ini adalah Carolus Linnaeus. Penamaan ini menggu-
nakan dua kata.
Kata pertama menunjukkan genus,
sedangkan kata kedua menunjukkan penunjuk spesies
(epitethon specifi cum). Nama genus (marga) harus
ditulis dengan awalan huruf besar atau huruf kapital,
sedangkan kata kedua dimulai de ngan huruf kecil. Kata
kedua biasanya berasal dari nama penemunya, nama tempat
spesimen tersebut ditemukan, atau ciri khas yang dimiliki
spesies tersebut dan harus dilatinkan.
Kedua kata dalam nama ilmiah tersebut harus dituliskan
dengan cetakan yang berbeda dengan kalimat di sekitarnya.
Biasanya ditulis dengan huruf
miring (italic). Di belakang nama ilmiah tersebut bisa juga
dituliskan singkatan nama orang (author), yaitu orang yang
pertama kali memberikan nama ilmiah tersebut dan
mempublikasikannya secara sah dan valid. Jadi, nama ilmiah
untuk pisang, Musa paradisiaca L., harus dipahami sebagai
berikut.
Musa : menunjukkan nama genus
paradisiaca : menunjukkan nama penunjuk spesies (epitheton
spesifi cum)
L. : singkatan dari Linneaus, author yang memberikan
nama tersebut dan mempublikasikannya secara sah dan valid.
Apabila nama spesies terdiri dari 3 kata, maka kata kedua dan
ketiga harus ditulis menyatu dengan tanda hubung. Misalnya,
Hibiscus rosa-sinensis atau Hibiscus rosasinensis.
Nama familia (suku) diambil dari nama spesimen acuan
ditambah dengan akhiran aceae bila itu tumbuhan, dan idae
bila makhluk itu hewan. Contoh nama familia pada tumbuhan,
yaitu familia Solanaceae dari kata Solanum + aceae. Sedangkan
contoh nama familia pada hewan, yaitu familia Canidae dari
Canis + idae. Nama kelas diakhiri
dengan nae, misalnya nama kelas tumbuhan Melinjo terdiri dari
nama kelas Gnetinae dari kata Gnetum + nae. Sedangkan nama
ordo dikhiri dengan kata ales, misalnya nama ordo tumbuhan
jahe adalah Zingiberales, berasal dari kata Zingiber + ales.
d. Identifi kasi Makhluk Hidup
Dengan menyebutkan nama ayam, kucing, dan tikus, atau padi,
rumput, dan belalang berarti kalian telah melakukan identifikasi
terhadap makhluk hidup. Apabila kalian melakukan identifikasi
makhluk hidup,
maka kalian dapat mengenal makhluk hidup secara mendetail
atau mendalam. Pada prinsipnya identifi kasi makhluk hidup
adalah upaya mencocokkan suatu jenis makhluk hidup dengan
kategori tertentu yang telah diklasifi kasikan dan diberi nama
secara ilmiah oleh para ahli. Identifi kasi tumbuhan berarti
mencocokan jenis tumbuhan yang belum diketahui ke dalam
takson tertentu. tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan sarana
identifi kasi berupa kunci identifi kasi (kunci dikotomis),
pertelaan, atau
buku-buku identifi kasi.
Identifi kasi dimulai dengan pengumpulan spesimen,
pengamatan sifat-sifat tertentu (determinasi) dan pencocokan.
Sehingga, apabila kalian akan melakukan identifi kasi suatu
jenis, kalian harus memperhatikan ciri-ciri tubuh hewan,
meliputi susunan kulit, susunan alat gerak, susunan bagian
tubuh (kepala, badan, dan ekor), susunan gigi,
dan lubang hidung. Sedangkan pada identifi kasi tumbuhan,
ciri-ciri yang harus diperhatikan meliputi bunga (bagian-
bagian bunga dan susunan bunga), daun (bentuk daun, tepi
daun, pangkal dan ujung daun, pertulangan daun dan sifat-
sifat permukaan daun) dan buah. Sampel atau spesimen
tumbuhan dan hewan dapat diambil dalam bentuk awetan
berupa awetan basah atau kering. Contoh awetan kering
pada tumbuhan adalah herbarium dan pada hewan adalah
insektarium.
Sampel-sampel tersebut kemudian diamati ciri-cirinya
dengan seksama dan diidentifi kasi dengan sarana identifi
kasi yang sesuai. Begitu pula untuk virus, organisme
prokariotik, dan fungi juga diperlukan sampel dan sarana
identifikasi tertentu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar